Mohon tunggu...
Diah Ayu Candra
Diah Ayu Candra Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Halo selamat datang di duniaku...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu di Rintik Hujan

10 Desember 2022   20:12 Diperbarui: 10 Desember 2022   20:26 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sebulan sebelum tes aku sudah berada di Yogyakarta untuk mengikuti bimbingan-bimbingan belajar sebelum tes masuk diadakan dan juga agar lebih mengenal kota yang akan aku tempati selama kurang lebih 4 tahun ke depan.  Nampaknya aku sudah mulai menyukai kota ini, tapi tanpa Dara serasa ada yang kurang. Ah apa kabarnya dia? Bagaimanakah dia sekarang? Pastilah makin cantik. Sengaja semenjak di Yogyakarta aku belum pernah menghubunginya, supaya ini menjadi kejutan baginya. Pastilah dia akan senang jika mengetahui aku diterima di perguruan tinggi ini. Hmm aku tak sabar menunggu minggu depan. Aku akan pulang ke Jakarta untuk mengambil syarat-syarat registrasi ulang dan tentunya untuk menemui sahabat tercintaku Dara.                                                          

                                                                        *****

"Asalamualaikum.."

"wa'alaikumsalam.."

"Om.. Dara ada?" tanyaku tak sabar. Mendadak wajahnya muram. Aku tak mengerti apa yang telah terjadi sesungguhnya. Matanya seperti menahan sebuah kesedihan yang sangat mendalam. Dengan sedikit tersenyum Ayahnya mengajakku masuk dan menunjukkan sebuah kamar. Kamar itu bernuansa violet. Ehm mungkin ini kamar Dara karena setauku Dara sangat menyukai warna violet. Kamarnya tertata rapi dengan lampu hias cantik yang menggantung di langit-langitnya. Tak lama aku memandangi kamar ini, Ayah Dara memberiku sebuah surat kecil berwarna violet

                                    Untuk sahabatku. Aldia

Langit muram

            Terusik awan nakal

            Mentaripun seolah enggan menemani

            Semalam hujan, kawan

            Kubiarkan ia membasuh jiwaku yang lara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun