Sebulan sebelum tes aku sudah berada di Yogyakarta untuk mengikuti bimbingan-bimbingan belajar sebelum tes masuk diadakan dan juga agar lebih mengenal kota yang akan aku tempati selama kurang lebih 4 tahun ke depan.  Nampaknya aku sudah mulai menyukai kota ini, tapi tanpa Dara serasa ada yang kurang. Ah apa kabarnya dia? Bagaimanakah dia sekarang? Pastilah makin cantik. Sengaja semenjak di Yogyakarta aku belum pernah menghubunginya, supaya ini menjadi kejutan baginya. Pastilah dia akan senang jika mengetahui aku diterima di perguruan tinggi ini. Hmm aku tak sabar menunggu minggu depan. Aku akan pulang ke Jakarta untuk mengambil syarat-syarat registrasi ulang dan tentunya untuk menemui sahabat tercintaku Dara.                             Â
                                    *****
"Asalamualaikum.."
"wa'alaikumsalam.."
"Om.. Dara ada?" tanyaku tak sabar. Mendadak wajahnya muram. Aku tak mengerti apa yang telah terjadi sesungguhnya. Matanya seperti menahan sebuah kesedihan yang sangat mendalam. Dengan sedikit tersenyum Ayahnya mengajakku masuk dan menunjukkan sebuah kamar. Kamar itu bernuansa violet. Ehm mungkin ini kamar Dara karena setauku Dara sangat menyukai warna violet. Kamarnya tertata rapi dengan lampu hias cantik yang menggantung di langit-langitnya. Tak lama aku memandangi kamar ini, Ayah Dara memberiku sebuah surat kecil berwarna violet
                  Untuk sahabatku. Aldia
Langit muram
      Terusik awan nakal
      Mentaripun seolah enggan menemani
      Semalam hujan, kawan
      Kubiarkan ia membasuh jiwaku yang lara