“Baiklah, saya akan mengajukan dua permintaan saja”
“silakan, apa permintaan terakhir Saudara?”
“..pada saat eksekusi dilaksanakan saya ingin mengenakan kemeja yang terakhir saya pakai saat bermain dengan Salwa anak saya, ketika Polisi anti teror menangkap saya di mall”
“baik, permintaan Saudara sudah saya catat dan dapat disetujui, pakaian Saudara tersebut masih utuh dalam lemari penyimpanan barang bukti, permintaan kedua??”
“saya ingin, proses eksekusi saya dirahasiakan dari keluarga, anak saya Salwa tidak perlu mengetahui jika saya sudah ditembak mati”
“baik, permintaan Saudara kami catat dan disetujui! Jika demikian, apakah Saudara saat ini sudah siap menjalankan hukuman??”
"Allah senantiasa bersama orang-orang yang syahid! Saya sudah lama merindukan ini!! Saya bahkan sangat siap!!" Syahid berusaha menyembunyikan kegalauannya karena harus berpisah dengan Salwa selamanya.
Diujung sana, lima belas orang anggota regu tembak telah siap mengokang senjata. Diantara lima belas laras senapang itu, hanya ada satu yang diisi peluru tajam, selebihnya peluru kosong. Senapang-senapang ini akan diacak sehingga tidak satupun diantara kelima belas orang tersebut yang tau apakah senapang yang mereka pegang berisi peluru tajam yang akan menembus jantung Syahid atau hanya peluru kosong yang hanya berisi letusan suara saja.
Kini kelima belas anggota regu tembak, sudah berbaris rapi. Senapang sudah diacak dan dibagikan. Dari ujung lokasi tempak, Syahid berjalan mantab, mengenakan kemeja putih yang sudah tampak agak lusuh. Kemeja itulah yang terakhir dikenakannya ketika bermain di arena mandi bola dengan Salwa, anak semata wayangnya.
“regu tembak, siaap!!!!!!”
“siapp!!!”