Mohon tunggu...
Dhika PoetriWahyuningtyas
Dhika PoetriWahyuningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa FISIP UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perubahan Sosial dalam Kacamata Teori Konflik

29 April 2020   19:58 Diperbarui: 29 April 2020   20:20 3192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Petani sudah mengenal alat-alat pertanian modern seperti traktor, penyemprot hama, pupuk kimia, bibit unggul, organisasi petani, dan sebagainya. Petani telah dipermudah dengan adanya teknologi yang membantu pekerjaan pertanian mereka. Karena sudah ditemukannya berbagai teknologi yang senantiasa membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efisien, maka petani dewasa ini telah mengalami peningkatan hasil panen bahkan berlipat ganda. 

Petani mulai mengandalkan penjualan hasil panen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti biaya sekolah anak, biaya kesehatan, dan sebagainya. Hal tersebut adalah salah satu dari sekian banyak perubahan yang senantiasa hadir dalam kehidupan masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa banyak hal yang dapat menjadi factor terjadinya perubahan sosial. Salah satunya adalah konflik. Perubahan sosial dapat terjadi sebagai akibat adanya konflik sosial dalam masyarakat. Konflik sosial itu kemudian dapat terjadi ketika ada perbedaan kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial. 

Contoh perbedaan kepentingan misalnya adalah kepentingan penguasa dan rakyat, contoh ketimpangan sosial misalnya perbedaan kelas sosial (di bidang ekonomi). Konflik sosial yang diakibatkan oleh kedua hal tersebut secara langsung atau tidak langsung akan menghasilkan sebuah perubahan sosial. 

Untuk memperkecil pertentangan atau konflik sosial dapat dikembangkan nilai karakter gotong royong dengan komitmen atas keputusan bersama (Sri 2017 : 25). Dengan begitu, dapat dipahami bahwa sejatinya konflik sosial mampu membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Konflik sosial tidak melulu dimaknai sebagai hal negatif yang akan merusak masyarakat.

Teori Konflik

Teori konflik yang muncul pada abad 18 dan 19 dapat di mengerti sebagai respon dari lahirnya sebuah revolusi, demokratisasi dan insudtrialisasi. Konflik berasal dari kata kerja latin "configere" yang berarti "saling memukul". 

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Teori sosiologi konflik adalah alternatif dari sebuah ketidakpuasan terhadap fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai masyarakat dengan paham consensus dan integralistiknya.

Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh suburnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian. Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal usul suatu kejadian terjadinya sebuah pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang yang berperilaku menyimpang.

Konflik merupakan gejala sosial yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik bersifat inheren yang artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu serta dimana saja dan kapan saja. Teori konflik melihat apapun keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat berasal dari pemaksaan dan tidak dilakukan secara sukarela karena adanya tekanan. 

Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai dengan pertentangan yang terus menerus antara unsur-unsur. Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai andil dalam terjaadinya disintegrasi dan perubahan sosial. Masyarakat selalu dalam keadaan konflik menuju proses perubahan. Karena teori konflik memandang masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksaan. Maka dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun