***
"Mas, sebenarnya ada hubungan apa sih antara Mas Amar dengan Mbak Rani? Pernah sedekat apa kalian? Aku minta Mas jawab jujur, apa pun itu aku akan terima," tanyaku di dalam mobil saat Amar menjemputku pulang kerja.
"Rani? Memangnya ada apa? Kamu ada ketemu sama dia? Aku nggak ada hubungan apa-apa Ti, Waallahi. Aku nggak pernah tanggapin serius semua sikap dia sama aku." Amar bersumpah padaku.
"Rani nggak punya suami, kan, Mas? Kenapa Mas bohong sama aku?"
"Soal itu benar, aku minta maaf. Aku nggak ada maksud bohongi kamu. Aku cuma mau jaga perasaan kamu aja, Ti!" jawab Amar.
"Mbak Rani ha mil Mas, dan itu katanya anak Mas Amar." cecarku. Amar pun menghentikan laju mobilnya.
"Apa? Ha ... ha mil? Bukan sama Aku! Tolong kasih aku waktu buat jelasin semuanya, ya? Rani itu nggak wa ras!" tegasnya.
"Aku benar-benar sayang sama kamu Ti dan sejauh ini aku nggak pernah bohongi ataupun ber khi anat padamu!"
"Aku ingin jujur sama kamu, memang ada satu peristiwa yang aku belum ceritakan, dan itu kejadiannya sebelum aku kenalkan Rani sama kamu," jelasanya lagi yang membuat hatiku semakin sakit.
***
"Seandainya aku nggak jadi menikah sama Mas Amar gimana, Bu?" tanyaku saat malam tiba pada ibu.