Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman

Demi Ibu

20 September 2023   16:29 Diperbarui: 20 September 2023   16:47 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu jam sudah aku menunggu di sudut kafe, memperhatikan Amar yang tak jauh dari mejaku. Kliennya tampak resah, sepertinya permintaan ganti warna background untuk iklan baliho membuat mereka pusing. Setelah diperhatikan, wajah Amar yang terlihat serius tampak memesona.

"Assalamualaikum, maap Tisya baru telepon Ibu. Tisya lagi diajak Mas Amar keluar. Oh iya, ada titipan dari Bu Saidah, Ti taruh di lemari makan. Sop Iga kesukaan Ibu." Aku menelepon, untuk mengusir rasa jenuh.

"Walaikumsalam, iya Ti Ibu juga baru sampai di rumah nih, jangan larut malam ya pulangnya. Bilang terima kasih dari Ibu buat Amar," titah ibu.

Ibu dulu pernah punya anak sebelum aku, anak laki-laki, namun di usianya yang genap lima tahun meninggal dunia, akibat demam berdarah. Kakak yang tidak pernah aku temui. Hingga akhirnya dua tahun setelah kepergian kak Wahyu, aku terlahir.

Setelah kelahiranku ibu divonis dokter mempunyai rahim gantung, kondisi yang sudah sangat lemah hingga tidak memungkinkan memiliki anak lagi. Maka dari itu ibu begitu sangat menyayangiku, begitu juga aku.

***

"Ti, maaf ya, Aku kira sebentar nggak tahunya hampir dua jam, Pak Anto waktu telepon katanya cuma ganti warna aja, ternyata atasannya minta ada revisi desain juga. Aku jadi nggak enak sama kamu," ucapnya.

"Nggak apa-apa kok Mas, aku juga baru kali ini lihat Mas lagi serius tampangnya lucu juga." Aku menggoda Amar, yang di godanya pun tampak senang dengan memberikan senyum termanisnya padaku.

Drrrtt ... Drrrtt ...

Ponsel Amar bergetar lagi, setelah melihat ke layar hape Amar mengabaikan panggilan itu. Entahlah, siapa yang menelepon, aku pun tidak berani untuk bertanya. Walaupun dihati ada rasa penasaran.

Saat perjalanan pulang pun di dalam mobil, ponselnya berdering lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun