Bukan aku yang memilih lelaki untuk jadi persembahan. Nyak Srintil yang telah menyiapkan segalanya. Dia yang membesarkanku, mengadopsi aku saat usia lima tahun. Â
"Sekar Ayu Ningsih, Jelita-nya Nyak, yang sudah di takdir kan Sang Kuasa menggenggam alam keabadian. Jadilah Putri Raja dari segala raja." Ucap Nyak, lalu mengelus kepalaku tiga kali. Setelah itu, menyuruh aku masuk ke dalam sebuah ruangan.Â
Tiap tahun, tepat di hari ulang tahunku, di tengah malam, Nyak selalu mengunci aku sendiri di dalam kamar, hanya ada sebuah kasur berukuran 90x200cm'. Semerbak aroma kembang melati menghiasi seluruh ruangan.
Aku mungkin anak yang pemberani, atau pada dasarnya diriku berbeda dari kebanyakan orang. Karena, ritual semacam itu tidak membuatku takut. Justru aku bisa tertidur sangat pulas, sambil bermimpi indah.
Akan ada nyanyian merdu dari Nyak Srintil dari luar pintu kamar, seolah meninabobokan.Â
**
Ritual itu pun terhenti di usiaku dua puluh tahun. Karena, aku sudah dinikahkan oleh lelaki pilihannya.Â
Setelah menikah ternyata ada ritual yang berbeda, namun masih dilakukan saat aku berulang tahun. Suamiku akan menuruti perintah Nyak, agar tidur di kamar yang dulu sering aku tempati, dengan alasan untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunku. Namun setelah itu, hanya dalam hitungan tiga hari saja, suamiku akan jatuh sakit, sampai akhirnya meninggal dunia.Â
Entah apa yang dilakukannya selama ini pada menantunya. Tidak Ada rasa penasaran pula di hatiku, untuk mencari tahu. Tidak lama setelah ritual dilaksanakan, Nyak akan semakin terlihat cantik, aku pun merasakan hal yang sama saat bercermin. Harta Nyak Srintil semakin berlimpah.Â
***
"Masak apa sih, Mas? dari meja makan udah kecium harumnya." Tanyaku pada Saka.Â