"Ara, Yejin, dan Yuri dibawa pulang oleh keluarganya karena penyakit yang aneh. Bahkan, aku melihat wajah Ara yang sempat berubah jadi rata dan menyeramkan," ucap salah seorang siswa yang masih tinggal di asrama sambil bergidik.
"Benarkah?" tanya Hea penuh selidik.
Hea dan kedua sahabatnya pun gegas ke rumah Ara. Mereka ingin membuktikan hasil balas dendam tempo hari.
Setibanya di tempat tujuan, Ibu Ara menyambutnya dengan ramah. Gurat kesedihan tampak jelas di wajah perempuan setengah baya yang masih terlihat cantik itu.
Setelah berbasa-basi, sang ibu mengantar mereka ke kamar Ara. Kondisi kamar sangat berantakan, Ara akan menjadi tak terkendali saat ada yang mendekati. Tubuh Ara kian lusuh, rambut panjangnya dibiarkan terurai begitu saja, tatapan mata tampak kosong, dan dia sering berteriak keras.
"A-ara. Apa kamu baik-baik aja?" tanya Hea pelan.
"Dia sudah gi-la, Hea. Harusnya kamu lega!" Bentak Hwan.
"Jangan kasar, Hwan!" tegur Soyun.
Ara menolehkan kepala, menatap ketiga tamunya, lalu terkikik dan menghampiri Hea. Tangannya mencekik leher Hea dengan kuat hingga membuat Soyun yang melihatnya menjadi panik.
"Ara, lepaskan! Kamu bisa membunuh Hea!"
Soyun menarik cengkeraman Ara dari leher Hea, sementara Hwan hanya diam tanpa melakukan apa pun.
"Kau gi-la!" teriak Ara sambil menunjuk ke arah Hwan.