Tidak lama kemudian, Hea mendengar suara gesekan dari dinding. Namun, Hea tetap diam meskipun jantungnya berdetak lebih kencang.
Waktu berlalu, tetapi Hwan tidak beranjak dari tempatnya. Hea tidak merasakan tepukan. Ketika Hea ingin menyerah, punggungnya tiba-tiba ditepuk satu kali. Dia masih menunggu tepukan yang kedua, tetapi hasilnya nihil. Lalu ...
"Aaargghh!" jerit Hea histeris setelah menengok ke belakang.
Di tempat Hwan berdiri, ada sosok perempuan yang menyeramkan. Perempuan tersebut berbaju putih, berambut panjang, wajah penuh darah, dan menguarkan aroma yang sangat busuk. Hea merasa lemas saat sosok di hadapannya masuk ke tubuh Hwan. Hwan mengejang sebentar, tatapan menjadi kosong, dan ekspresinya dingin.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Hwan.
"Eh, a--ku .... Soyun, bagaimana ini, Hea? Hwan sepertinya sudah kerasukan Dalgyal Gwishin. Cepat katakan keinginanmu atau kita celaka!" seru Soyun panik.
"Buat Ara dan kedua temannya ketakutan hingga gi-la!" ucap Hea penuh kebencian.
Hwan melengkingkan tawa dengan keras sebelum pingsan, Mudang Arin masuk tepat saat lilin padam. Dukun berpenampilan nyentrik tersebut menyalakan lampu lalu mendekati Hwan.
"Hwan, sadarlah," kata Mudang Arin sambil mengusap wajah Hwan.
Mudang Arin memberi Hwan ramuan  agar jiwanya kembali tenang setelah dirasuki oleh si hantu telur.
Konon semasa hidup, Dalgyal Gwinshin tidak memiliki keturunan sehingga sangat menyayangi anak-anak di sekitar rumahnya. Dia akan sangat marah jika ada yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak. Itulah alasan Mudang Arin memilihnya untuk membalaskan dendam Hea. Dalam waktu kurang dari lima hari, mereka akan mengetahui nasib Ara.