Dalam penelusuran ini saya merasakan gua ini ibarat sebuat urat nadi. Darah dalam nadi adalah air bersih, jernih, dan mengalir dengan deras. Begitu derasnya kadang saya harus berpegangan daripada terseret arus dan terbawa entah kemana. Saya kagum, betapa di atas sana sangatlah tandus, tetapi di dalam sini melimpah dengan air bersihnya.
"Sebagai kadus yang daerahnya di hulu saya merasa bertanggung jawab atas air yang ada di dalam gua ini. Bayangkan jika air di sini bermasalah, maka orang satu pulau bisa sengsara. Tugas berat saya emban untuk menjaga gua ini agar bagaimana caranya tetap aman, karena sebagian nyawa orang Enggano ada di sini" kata pak Aji saat menuju pintu keluar.
Dalam satu menit, debit air disini bisa mencapai 2000 liter. Gua ini tidak pernah mengenal musim kering dan terus mengeluarkan air bersihnya. Saya hanya berguman, "Tuhan menciptakan kehidupan pasti akan memberikan sumber kehidupan dan memilih orang-orang kepercayaanNya untuk menjaga sumber tersebut".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H