Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bara dan Badai, Kenangan Mei 1998 (Bagian 5)

12 Maret 2024   00:05 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:08 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Lawu (Kompas.com)

"Jam berapa sih datangnya?" agak gelisah Badai menanti kedatangan pesawat yang dinaiki orang tua Rossa.

"Sabarlah kak, itu pengumumannya sudah ada. Paling lagi urus bagasi,"

10 menit kemudian

"Itu kak, itu bapak sama ibu aku."

"Kok ga ada yang kawal?"

"Mana mau dia, ini kan bukan perjalanan dinas. Pak, bapak!" berlari Rossa ke pelukan orang tuanya, sementara Badai berjalan di menyusul.

"Mana dia, bujang yang katanya mau dengan kau?" berkeliling mata ayah Rossa mengawasi suasana

"Itu pak," Rossa menoleh kepada Badai yang makin mendekat. Saat itu ayah Rossa sudah lebih melunak, namun tetap masih kurang sreg meski nama Badai mulai berkibar sebagai seorang politikus muda yang energik. Selain berbeda suku, pekerjaannya belum nampak jelas (dalam penilaian orang tua Rossa). Sebuah pemikiran wajar dari setiap orang tua dalam melihat hubungan sosial anak-anaknya.

"Pak, mak, ini Badai," Rossa memperkenalkan Badai yang telah bergabung, kepada orangtuanya.

"Om -- tante, Badai," sedikit membungkukkan badan, Badai memperkenalkan diri.

"Wah, mak, gagah juga bujang satu ini. Hanya sayang, belum menetap kerja kau ya nak,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun