Selama Abad Pertengahan, asal kayumanis adalah sebuah misteri bagi dunia Barat. Dari penulis Latin yang dikutip oleh Herodotus, orang Eropa telah mengetahui bahwa kayumanis datang dari Laut Merah ke pelabuhan perdagangan Mesir, tapi dari mana asalnya kurang jelas. Ketika Sieur de Joinville menyertai rajanya ke Mesir dalam perang salib pada 1248, ia melaporkan -- dan percaya -- ia telah diberitahu: kayumanis tertangkap dalam jaring di Sungai Nil yang datangnya dari ujung dunia.
Melihat latar belakangnya, kayumanis ditanam terutama di Indonesia, Vietnam dan Tiongkok, dan yang jarang dan relatif lebih mahal berasal dari Srilanka. 85% kayumanis di pasar dunia saat ini berasal dari Indonesia, sebagian besar berasal dari Sumatera, di suatu daerah yang disebut Kerinci. Tanah yang subur di lereng dataran tinggi Kerinci dengan curah hujan yang tinggi secara luas ditumbuhi oleh pohon kayumanis yang menghasilkan kulit kayumanis berkualitas tinggi.
8) Kamper
Gambar 24. Kamper: (a) pohon; (b) daun dan buah; (c) kristal
Pohon kamper (Cinnamomum camphora) adalah pepohonan yang menghasilkan kamper, sejenis pohon besar yang terdapat di Asia (khususnya di Sumatera dan Kalimantan). Kamper juga dapat disadap dari pohon kapur (Dryobalanops spp), pohon yang tinggi di daerah tersebut juga.
Pohon kamper yang harum dan yang dihasilkannya, seperti minyak kamper, telah didambakan sejak zaman kuno. Kamper memiliki sejarah yang luas dalam penggunaannya secara tradisional, terutama digunakan sebagai fumigan pada zaman Kematian Hitam (Black Death) di Mesir dan dianggap sebagai bahan yang berharga dalam pembuatan wewangian dan cairan pembalseman di Mesir dan Babilonia kuno.
Kata camphor dalam bahasa Inggris adalah berasal dari bahasa Perancis camphre, yang berasal dari bahasa Latin Pertengahan camfora, dari bahasa Arab kafur dan dari bahasa Sansekerta कर्पूरम् (karpūram). Semua istilah tersebut berasal dari bahasa Melayu Kuno kapur barus yang berarti "kapur dari Barus". Barus adalah nama sebuah pelabuhan kuno yang terletak di dekat kota Sibolga sekarang di pantai barat pulau Sumatera (di Provinsi Sumatera Utara). Pelabuhan ini awalnya dibangun sebelum adanya perdagangan kamper, kemenyan dan rempah-rempah antara Batak dan India. Para pedagang dari India, Asia Timur dan Timur Tengah menggunakan istilah "kapur barus" untuk membeli getah kering yang disadap dari pohon kamper (Cinnamomum camphora) dari penduduk lokal suku Batak; pohon kamper adalah endemik di daerah itu. Dalam bahasa proto Melayu-Austronesia juga dikenal sebagai "kapur barus". Bahkan sampai sekarang, bahasa-bahasa daerah dan Indonesia pada umumnya masih menyebut bola-bola naftalena dan pengusir serangga sebagai "kapur barus".
9) Balsem
Tulisan pada prasasti di Deir el-Bahari menjelaskan bahwa balsem adalah produk dari Tanah Punt. Yang tertulis åhemtu (Naville, 1898) diterjemahkan oleh Naville sebagai "balsem". Åhemtu mungkin juga yang dimaksud adalah kamper karena kamper adalah salah satu bahan untuk meramu balsem.
Balsem adalah campuran resin tanaman khusus yang terdiri dari larutan bahan organik tertentu (berupa minyak). Resin tersebut dapat meliputi resin-resin asam, ester atau alkohol. Eksudatnya berupa cairan yang agak cair sampai kental dan sering mengandung partikel resin yang mengkristal. Setelah dalam waktu lama dan karena beberapa pengaruh, eksudatnya kehilangan komponen cairnya atau tereaksi secara kimiawi sehingga berubah menjadi bahan yang padat (teroksidasi dengan sendirinya).
Kamper dianggap sebagai bahan yang berharga dalam meramu cairan balsem di Mesir dan Babilonia kuno. Beberapa penulis menyatakan bahwa balsem mengandung asam benzoat dan sinamat atau ester-esternya. Seperti disebutkan diatas, bahan-bahan tanaman ini banyak terdapat di Sumatera.