"Jangan bingung gitu kak, Bang Fizo Itu kuliah S2-nya di Universitas Indonesia, dulu di UPI juga. Alhamdulillah sampai sekarang belum Hafidz..., hafidz..., juga tahu tuh kenapa, he...he...becanda Kak. Alhamdulillah abang dah hafidz sebulan yang lalu."
Terus aja si Bicha noro weco (read- ngomong terus), aku jadi pendengar setia aja.
"Terus, Ibu minta dia segera nikah kak, dan pas lihat foto kaka sama saya waktu acara di aula kampus tentang seminar pengendalian limbah-amdal, dia tanya saya,apakah akhwat ni dah nikah. Waktu itu saya ga tahu kak Yul dah nikah atau belum, saya menyelidiki kakak, dan akhirnya dapat. Abang Fizo serius mau menghitbah kakak, jika kaka tak keberatan."
Subhanalloh walhamdulillah..., ma syaa Allah..., saking bahagianya bertaburlah hamparan mutiara mataku sambil memeluknya tak sepatah katapun terucap. Hanya menangis sejadi-jadinya sambil tak henti-hentinya mengucap syukur padaNya.
"Sebentar lagi bang Fizo kesini, karena tadi beliau mampir ke rumah Ustad Azis, karena Murabbinya Ustad Anwar adalah sahabat beliau, sekalian silaturahim dan membicarakan hal ini. Jadilah kak Yul menjadi kakaku ya ka, menikahlah dengannya ka..., insyaalloh bang Fizo lelaki sholeh, untuk kak Yul yang sholehah..."
*****
Rombonganpun tiba, menghantarkan seonggok jiwa seorang lelaki sholeh yang katanya untukku, pendampingku.
"Kak Yul ntuh Bang Fizo yang pakai kemeja biru langit, kakak sukakan?"
Robbana hambalana min jaujina qurrota a'yun waj'alna lilmuttaqiina immama......
Ternyata lelaki itu adalah lelaki yang menolongku di pematang hijaunya sawah itu. Ya dipagi itu..., dipagi itulah..., pintu hatiku berlabuh.
Kini langit biru sebiru-birunya hatiku, terimakasih ya Allah atas cinta dan sayang-Mu yang tak pernah lekang di antara usiaku. Engkau telah pertemukanku dengannya di saat yang tepat.