Dewinta Asmara Albajuri (07) - XII MIPA 5Â
Tema : Inspiratif
Judul : Dikala Dewasa
Dikala dewasa? "Gangguan mental" atau "Bahagia"
Pada tanggal 30 Maret 1999, seorang perempuan dengan keadaan sedang mengandung datang sendirian ke Rumah Sakit Sersan Bajuri. Tak ada yang tahu bahwa pasien ini telah mengalami pembukaan 9 dan siap untuk melahirkan. Tepat pukul 03.30 WIB lahirlah putri cantik ke dunia nyata. Misythania Caroline Hylavia, nama bayi perempuan yang baru saja lahir di Bandung.
Dari kecil Misy lebih sering diasuh dengan nenek kakeknya. Kedua orang tuanya sibuk bekerja karena saat itu ekonomi mereka sangat kesusahan. Hingga pada akhirnya, tahun 2005 nenek dan kakeknya meninggal dunia. Dan itu mengharuskan Misy sepenuhnya diurus oleh ibu dan ayahnya.
Misy kini hanya tinggal dengan ibunya, Lereen Amistha Hylavia. Lereen sosok yang lemah lembut dan baik hati. Beliau adalah lulusan terbaik Universitas Harapan Bangsa jurusan Bahasa Inggris dan ia kini menjadi dosen disana. Maka tak ada yang aneh jika Misy sangat lancar berbahasa Inggris. Berbeda sekali dengan ayahnya, Baresta Crodiye Hylavia. Beliau sosok yang tegas, disiplin, dan ringan tangan. Ia bekerja sebagai TNI-AL. Karena menjadi angkatan militer, Baresta harus berpisah dengan Lereen dan Misy karena ia dipindahtugaskan di Papua Barat.
Mengingat Lereen merupakan sosok dosen, ia lebih menghabiskan waktunya dengan mengurusi para mahasiswa. Lereen memiliki mindset bahwa "anak akan bisa sendiri dengan lingkungannya". Hubungannya dengan Misy pun tak begitu dekat layaknya ibu dan anak pada umumnya. Itu dikarenakan Misy saat kecil lebih sering bersama nenek kakeknya. Misy hanya akan berbicara kepada Lereen jika meminta uang bulanan, jika tak ada hal lain Misy tak pernah berbicara dengan ibunya.
Kini Misy duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dimana masa pubertas dimulai. Seharusnya di masa pubertas ini, semua anak mulai mencari jati dirinya. Mulai dari bergaul dengan sesama, mengikuti banyak kegiatan, dan aktif di sekolah. Tetapi berbeda 180 derajat  dengan Misy. Anak satu ini cenderung berdiam diri sendirian, dan itu membuatnya tak punya teman.
Karena Misy yang senang sendirian, ia sering dijuluki "si anak hantu". Keberadaan Misy pun sering tak dianggap oleh teman-temannya. Dari pagi hari hingga waktu pulang sekolah, ia benar-benar sendirian. Bahkan Misy pernah dihadang oleh kakak kelasnya dengan tujuan untuk memberikan pelajaran sosial katanya. Akan tetapi ia malah ditampar, didorong, dan dicaci maki. Dia pun  pernah hampir terkena pelecehan seksual, akan tetapi berhasil kabur karena ada guru yang melihatnya menangis ketakutan.