'Sekarang.... , pintu utama sudah dibuka.' Jelasnya. Tanpa kupahami arti yang sebenarnya. Nampak cerah aura wajahnya.
Mataku terbuka perlahan. Kulihat jam dinding. Masih menunjukkan pukul empat pagi. Kembali aku merebahkan diri. Teringat akan rencana membatik pada hari ini. Beberapa daftar belanja seperti pewarna tekstil dan waterglass sekilas mengingatkanku.
*
Kegiatan membatik sore itu ditemani banyak rekan. Karena harus ada pendampingan lebih fokus kepada anak-anak. Aku taruh snack dan minuman di tangga menuju pringgitan. Mataku kembali tertuju pada pintu gandhok yang terbuka membuat celah kecil. Langkah pelan menuju pintu itu dan sedikit membukanya. Tak lagi aku mencium aroma bunga. Juga aroma soga. Kulihat lukisan itu tak lagi segar. Lukisan penuh debu dan nampak tak terawat. Seperti lukisan yang sudah puluhan tahun. Aku mundur dan menutup lagi pintu gandhok dengan senyuman.
Senja semakin syahdu dengan terpaan angin selatan. Senyum bahagia terlukis manis di setiap insan. Nuansa semesta mendukung kelegaan dalam membawa niatan suci para insan.
Yogya.16.06.20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H