Pada pandangan pertama, aku merasa tak nyaman dengan sikapnya yang seperti tak tahu sopan santun.
Kusabarkan diriku sendiri, "Mungkin dia sedang capek menunggu antrian, sehingga bertingkah laku seperti itu," batinku.
Mr i masuk dan duduk di kursi  pasien. Lalu berlanjutlah perasaan tak nyamanku. Sambil menjawab pertanyaanku, dia membuka kaosnya setengah bagian bawah kiri. Sambil mengelus ngelus perutnya, ia berkata bahwa sakit giginya sudah berlangsung 25 hari. Saking sakitnya sampai perutnya sakit karena tiap hari hanya minum air putih saja. Bobotnya pun susut lebih dari 10 kg selama sakit gigi itu.
"Lah, kalau sakit gigi lebih dari seminggu, kenapa nggak periksa," batinku kesal.
Apalagi dia mengelus ngelus perutnya terus. Pemandangan yang coba kuabaikan.
"Apa coba maksudnya seperti itu ? Kan tidak perlu sampai membuka sebagian kaosnya ?" lagi-lagi kesal berkecamuk dalam batinku.
Akhirnya pasien kupersilakan duduk di Dental unit untuk diperiksa lebih lanjut. Kuminta duduk selonjor. Saat aku menyiapkan gelas kumur dan set alat pemeriksaan gigi, Â pasien itu lagi-lagi duduk dengan mengangkat satu kakinya di dental unit.
"Hadeuh, tidak sopan sama sekali," batinku lagi.
"Pak, kakinya selonjor lurus saja nggih," pintaku.
Akhirnya diluruskanlah kakinya.
Saat akan kuperiksa, kembali dia membuka kaosnya dan mengelus-elus perutnya. Kali ini yang sebelah kanan.