Tiba-tiba Nabila berteriak.
Aku segera menghentikan motorku setelah memberikan tanda sein kiri.
"Kenapa, Nak?"
"Bun, es nya kasih ke Om-om yang ada di situ. Biar Om-om itu yang akan memberikan ke teman-teman Nabila."
Lidahku mendadak kelu mendengar keinginan Nabila. Namun, karena dia terus merengek dan tak mau kuajak pulang, akhirnya mau tak mau aku pun mendatangi posko bantuan itu.
"Selamat siang Ibu, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang wanita muda yang sedang duduk di depan meja yang di atasnya terdapat sebuah dus besar yang dibungkus kertas putih dengan tulisan DONASI UNTUK PALESTINA.
Belum sempat aku menjawab pertanyaan mbak berbaju hijau itu, Nabila sudah mengambil alih untuk menjawab.
"Tante, Nabila boleh kan mengirimkan es krim buat teman-teman Nabila yang orangtuanya lagi perang itu?"
Kulihat mbak berbaju hijau dan dua temannya laki-lakinya saling pandang. Dan belum sempat mereka mencerna ucapan anakku, Nabila langsung menyerahkan sekantong es krim yang tadi dibeli.
"Ini Om, Tante es krimnya. Kasihkan ke teman Nabila ya, biar mereka enggak kehausan."
Dengan masih kebingungan, mbak berbaju hijau itu mengambil plastik yang Nabila berikan. Akhirnya karena kasihan melihat mereka yang terus berpikir, aku pun menjelaskan maksud Nabila. Mereka menjadi paham dan memakluminya.