Aku berjumpa Andrea Hirata di Masjid Salman ITB dalam acara bedah novel Edensor pada tahun 2010. Senang sekali bisa mendapat tanda tangan penulis di novel Edensor yang aku bawa saat itu.
Ketika novel belum juga diluncurkan, karya terakhir Andrea dalam novel tetralogi, sudah beredar versi bajakannya. Baru saja kita bilang mau menerbitkan buku Maryamah Karpov, keesokannya ada buku dengan cover Maryamah Karpov, tetapi isinya berbeda. Andrea mengaku sedih dan prihatin terhadap kondisi perlindungan HKI di negeri ini. Wajar  saja Andrea sedih karena menjadi korban pelanggaran HKI. Sebagai penulis, Andrea mengaku sakit hati ketika karyanya dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Total, empat kali karya Andrea yang dibajak.
Tak hanya laku di pasaran, novel ini juga menyabet beberapa penghargaan bergengsi baik di tingkat nasional maupun internasional. Penghargaan-penghargaan yang diraih seperti : Khatulistiwa Literaly Award (KLA) tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, dan Netpac Critics Award. Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti Malaysia, Spanyol, dan Inggris. Menilik perjuangan Andrea saat menulis karya Laskar Pelangi, yang dilatarbelakangi oleh pengalamannya menjadi siswa di SD Muhammadiyah Belitung sangat tidak bijak bila kita membeli novel bajakannya.Â
Buku Karyaku Semoga Tak Dibajak
Penelitianku tentang APBD Kota Cirebon selama hampir lima tahun dilaksanakan bersama Fahmina Institute Cirebon. Berbagai kebijakan pemerintah daerah dikritisi dan diberi masukan solusi. Hasil penelitian diterbitkan di dalam buletin Blakasuta. Kumpulan tulisan akhirnya dapat dibukukan dengan judul Bukan Kota Wali 'Relasi Rakyat-Negara dalam Kebijakan Pemerintah Kota'.
Ancaman akan dituntut masuk penjara pernah aku rasakan. Namun, dengan berbekal tawakal kepada Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaadil, aku tak merasa takut dengan ancaman itu. Aku menulis kebenaran, bukan fitnah atau kebohongan. Bekerja sebagai peneliti dan diberi amanah sebagai wakil direktur organisasi LSM Fahmina Institute Cirebon masa bakti 2002-2004 memberiku ruang untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat Kota Cirebon.