Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gerimis dan Klanis

2 Maret 2020   08:28 Diperbarui: 2 Maret 2020   08:27 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Album kaset dulu banyak dicari (sumber gambar: pexels.com)

Konser itu sungguh berkesan bagiku. Terasa syahdu. Bagian choir pada lagu "Tak Bisa Ke Lain Hati" membuat pikiranku menjelajahi sebuah adegan film lawas yang pernah kutonton. "Gone With The Wind".

Lalu lagu itu, "Gerimis" ditampilkan. Dengan iringan gitar dan biola. Perasaanku sama, ada nada terharu dan muram ketika mendengarnya. Sebuah kisah langsung terbesit di benakku dan kuharapkan bukan kisahku.
- - -

Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Re yang mengajakku menyaksikan Klakustik. Aku menghubungi nomor telepon rumahnya, tapi tak ada yang menjawab.

Re berbeda sekolah denganku. Aku hanya tahu nomor telponnya. Aku tak tahu nama lengkapnya, alamat rumahnya, termasuk alamat e-mailnya. Ia termasuk pria yang misterius. Komunikasi kami selama ini hanyalah lewat telpon dan ketika ia mengobrol di rumahku.

Beberapa kali telponku tak diangkat. Aku mulai gelisah.

Aku menentramkan diri, mungkin ia sedang tak ada di rumah.

Aku menelpon lagi seusai les piano. Lagi-lagi hanya terdengar bunyi telponku berbunyi di seberang.

Kenapa harus gelisah? Re tetaplah Re. Ia akan datang ke rumah atau menelponku kemudian.

Telpon itu tak kunjung datang. Aku merasa resah. Suasana itu pas ketika radio memutar lagu itu. "Gerimis" dengan rintik hujan dari balik jendela. Ia bukan kekasihku, tapi aku merasa begitu kehilangan.

Aku tersenyum pahit. Duapuluh tahun lebih telah lewat, kenangan itu masih berasa hangat. Mungkin aku memang naif masa itu, tapi Ra yang dulu memang menyukai Re.

Pukul delapan malam aku baru tiba di rumah. Aku tergelitik untuk mendengarkan radio dari ponsel agar rumah yang kuisi sendiri tak terlalu sunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun