Mohon tunggu...
dewi sartika
dewi sartika Mohon Tunggu... Wiraswasta - ig : dewisartika8485

penyuka sejarah, travelling, kuliner, film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Sore di Karimata

4 September 2023   12:55 Diperbarui: 4 September 2023   14:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya sedang pindah tugas. Sebelumnya bekerja di Batavia Nieuwsblad," jawab Arnold singkat.

Halimah menghentikan langkah. Dahinya mengkerut begitu Arnold memberitahu dimana dia bekerja. "Bukankah hanya orang-orang Eropa saja yang menjadi wartawan di sana, Tuan Lasut?"

Dahi Arnold mengernyit. Tak sepenuhnya benar apa yang dikatakan Halimah. Memang, posisi atas seperti kepala editor dan pimpinan redaksi banyak dijabat orang-orang keturunan. Namun menurut Arnold, hal itu wajar. Bagaimanapun Batavia Nieuwsblad didirikan orang Belanda.

"Dari mana Nona mendapat pikiran seperti itu? Jika menurut Nona Halimah seperti itu, maka anggap saja saya sedang beruntung," terang Arnold sambil terkekeh. Sengaja ia melakukannya, bermaksud menggoda lawan bicaranya itu. Mereka berdua baru kenal tetapi entah kenapa, Arnold merasa senang berdekatan dan berbicara dengan perempuan ini.

Sayangnya, Halimah tidak menyukai wajah ceria yang baru saja Arnold tunjukkan. Kepalanya menunduk untuk menyembunyikan ketidaksetujuannya atas sikap lelaki lelaki di dekatnya. Ia mempercepat langkah tanpa memperdulikan Arnold. Bagaimana bisa Arnold Lasut memberikan jawaban asal seperti tadi? Pikir Halimah.

"Tunggu, Nona Halimah."

Arnold bergegas menyusul Halimah yang berada di depannya beberapa langkah.

"Baiklah, maafkan saya. Saya bisa bekerja di sana dengan status magang. Maksudnya, saya mengenal beberapa orang di Batavia Niuewsblad sehingga bisa menjadi bagian dari koran itu meski hanya berupa pewarta magang," jelasnya dengan nada serius. Wajahnya tak lagi tersenyum maupun tertawa. Arnold berpikir jika Halima adalah jenis orang yang tidak bisa diajak melucu.

"Ada separuh darah Belanda dalam tubuh ini, Nona. Mungkin hal inilah yang membuat jalan saya menuju Batavia Nieuwsblad agak mudah. Saya berharap Nona Halimah juga tidak berpikir pewarta adalah pekerjaan mudah," sambung Arnold dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana panjang.

"Pewarta adalah orang-orang pintar sekaligus pemberani, termasuk Tuan Lasut juga," puji Halimah

Pujian Halimah membuat Arnold tersenyum masam. Lelaki berkulit cerah itu membenarkan ucapan perempuan di sampingnya. Orang-orang yang bekerja di koran adalah orang terdidik. Tidak semua memang. Namun setidaknya, pewarta termasuk golongan itu. Jalan untuk menjadi orang pintar pun-seperti yang dibilang Halimah, tak mudah. Meskipun Arnold Lasut menguasai Bahasa Belanda dan berpendidikan tetapi ia masih ingat kejadian beberapa waktu lalu. Kepala editor memakinya habis-habisan hanya karena kesalahan penulisan nama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun