Mohon tunggu...
Dewi Yuliyanti
Dewi Yuliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis sesegera mungkin apapun yang ada di benak

Seorang ibu dua anak dan abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

ASN: Berkarya Nyata di Antara Ekspektasi dan Realita

7 Januari 2022   07:54 Diperbarui: 8 Januari 2022   05:03 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kantor tempat saya bekerja adalah sebuah biro humas pemerintah provinsi, setiap hari kesibukan yang berlangsung terkait dengan pemberitaan, publikasi dan dokumentasi. 

Rekan-rekan dari media kerap lalu lalang ke kantor bertemu dengan pimpinan. Namun saat itu, pekerjaan saya sama sekali tidak berhubungan langsung dengan itu semua. Saya justru seorang pencatat surat! 

Hal tersebut berlangsung cukup lama sekitar empat tahun sejak saya menjadi CPNS. Ada sebuah pertanyaan bernada protes terbersit, beginikah realita sesungguhnya bekerja sebagai ASN? Diterima dalam formasi pranata humas tapi bekerjanya sebagai pengarsip surat. Sungguh di luar dugaan ekspektasi itu sangat jauh dari realita.

Ilustrasi reality vs expectations | Sumber gambar : smart-money.co
Ilustrasi reality vs expectations | Sumber gambar : smart-money.co

Kisah belum usai, setelah empat tahun menjadi pengarsip surat, haluan saya diubah karena perintah pimpinan menghendaki saya menjadi pengurus barang. Sebuah bidang dan ilmu baru, pikir saya waktu itu. 

Ternyata benar, ilmu ini sama sekali baru, tidak pernah saya pelajari di bangku sekolah dan kuliah. Menjadi pengurus barang berkutat dengan laporan aset berupa barang dan angka penyusutannya belum lagi laporan tahunannya. 

Saya terus bertanya-tany, "Di manakah pranata humas yang selama ini seharusnya menjadi identitas saya sebagai ASN? Mengapa saya keluar masuk pada bidang yang sama sekali tak berhubungan sebagaimana formasi awal saya diperlukan di kantor saya?"

Dengan berbalut pertanyaan tersebut, saya tetap menjalani tugas sebagai pengurus barang dengan segala peluh dan usaha untuk belajar memahami ilmu ini dari nol. 

Syukurlah tugas tersebut dapat saya jalani selama empat tahun berikutnya. Bukan sebuah waktu yang pendek untuk bertahan dengan segala tanya dan "perlawanan" yang berkecamuk di benak.

Secercah harapan muncul saat saya diwajibkan mengurus kefungsionalan pranata humas sebagai syarat kenaikan pangkat. 

Selama lebih kurang delapan tahun, saya baru menyadari bahwa formasi sebagai pranata humas adalah sebuah jabatan fungsional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun