Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boi, Kau Tega Menghukumku

22 Maret 2024   07:30 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BOI, KAU TEGA MENGHUKUMKU

DN Sarjana

Pagi-pagi Sisca sudah rapi duduk di meja makan. Tidak seperti hari biasa ia makannya pelan. Sering ibunya cerewet nyuruh Sisca makan nasi. Tapi ia cuwek saja. Paling hanya mi kuah dan tempe. Namun hari ini Sisca makan nasi cukup lahap. Dia was-was saat MPLS nanti di gojlok oleh kakak kelasnya. Ibunya tersenyum melihat anaknya. Setelah semua siap, ibu Sisca mengambil motor mengantarnya ke sekolah. Ibu Sisca sampai saat ini belum berani melepas anaknya membawa motor sendiri. Tiba di sekolah ternyata teman-teman kelas sepuluh sudah pada berbaris di lapangan. Ia cepat-cepat turun dari motor. Setelah mencium tangan ibunya, Sisca berlari kelapangan untuk berbaris. Dia melihat kakak OSIS mengatur barisan.

"Hai, yang baru datang lapor kesini!" Seorang pengurus OSIS memanggil Sisca. Jantungnya terasa bergetar. "Aduh kena sanksi apa aku sekarang?" pikir Sisca.

"Kamu regu apa? Nomor absen berapa?" Laki-laki itu sedikit menaikkan suaranya. Sempat ku lirik wajahnya. Oh, dia kakak kelas di SMP. Pikirnya.

"Aku regu mawar kak. Nomer 20."

 "Namamu Sisca ya?"

"Sesuai yang tercatat." Sisca mencoba memancing. Dia juga punya pengalaman jadi pengurus OSIS. Kalau tidak salah yang ngurus aku sekarang kelas IXd waktu SMP. Namanya Boi

"Ya, sudah masuk barisan. Besok jangan terlambat lagi."

Sisca tidak nyaut. Dia lebih memilih bergegas ke barisan. Tapi dia masih sempat menatap wajah Boi. Aku sangat berharap kalau nanti dia yang akan menjadi koordinator kelasku, pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun