Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boi, Kau Tega Menghukumku

22 Maret 2024   07:30 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambarpoto pixabay gratis

BOI, KAU TEGA MENGHUKUMKU

DN Sarjana

Pagi-pagi Sisca sudah rapi duduk di meja makan. Tidak seperti hari biasa ia makannya pelan. Sering ibunya cerewet nyuruh Sisca makan nasi. Tapi ia cuwek saja. Paling hanya mi kuah dan tempe. Namun hari ini Sisca makan nasi cukup lahap. Dia was-was saat MPLS nanti di gojlok oleh kakak kelasnya. Ibunya tersenyum melihat anaknya. Setelah semua siap, ibu Sisca mengambil motor mengantarnya ke sekolah. Ibu Sisca sampai saat ini belum berani melepas anaknya membawa motor sendiri. Tiba di sekolah ternyata teman-teman kelas sepuluh sudah pada berbaris di lapangan. Ia cepat-cepat turun dari motor. Setelah mencium tangan ibunya, Sisca berlari kelapangan untuk berbaris. Dia melihat kakak OSIS mengatur barisan.

"Hai, yang baru datang lapor kesini!" Seorang pengurus OSIS memanggil Sisca. Jantungnya terasa bergetar. "Aduh kena sanksi apa aku sekarang?" pikir Sisca.

"Kamu regu apa? Nomor absen berapa?" Laki-laki itu sedikit menaikkan suaranya. Sempat ku lirik wajahnya. Oh, dia kakak kelas di SMP. Pikirnya.

"Aku regu mawar kak. Nomer 20."

 "Namamu Sisca ya?"

"Sesuai yang tercatat." Sisca mencoba memancing. Dia juga punya pengalaman jadi pengurus OSIS. Kalau tidak salah yang ngurus aku sekarang kelas IXd waktu SMP. Namanya Boi

"Ya, sudah masuk barisan. Besok jangan terlambat lagi."

Sisca tidak nyaut. Dia lebih memilih bergegas ke barisan. Tapi dia masih sempat menatap wajah Boi. Aku sangat berharap kalau nanti dia yang akan menjadi koordinator kelasku, pikirnya.

Setelah selesai pembukaan MPLS, kami calon siswa baru diberikan istirahat. Belum habis minum lemon tea dan camilan roti coklat kesukaanku, bunyi pluit sudah terdengar. Dia melihat plang yang berisi tulisan regu. Regu mawar. Waduh lumayan jauh di pojok timur paling utara. Siska berlari sambil memegang topi biar tidak jatuh.

"Cepat masuk barisan. Tidak ada yang terlambat." Suara tegas datang dari kakak OSIS. "Uh, tidak salah dia Boi. Akhirnya permintaanku terkabul", pikir Sisca. Boi bergabung dengan pembina regu lainnya yaitu Kak Raka, Kak Tunik, dan Kak Tantri. Kak Tunik mengambil alih pimpinan. Dia menyiapkan barisan. Suaranya tegas. Demikian juga badannya tegap. Pantes Kak Tunik menjadi tim Paskibra di kabupaten. Sementara Sisca merasa tali sepatunya terlepas. Dia minta ijin memperbaiki.

"Ijin Kakak, saya mau memperbaiki tali sepatu." Saya pikir Kak Tunik yang nyahut. Ternyata Kak Boi.

"Sini keluar barisan. Ketemu saya."

Waduh..., kok tenget banget Kak Boi sekarang? Apa dia lupa sama sekali padaku ya. Walau ada rasa kesel, Sisca sedikit berlari mendekati Boi.

"Maaf Kak, aku tidak sengaja."

"Lain kali jangan terjadi ya. Adik tahu, MOS itu tempat menggembleng disiplin, kesiapan, kesigapan dan juga kecerdasan."

"Siap Kakak", jawabku sambil memandang. "Kamu..., kamu Sisca ya?" Boi berucap dan memandang lama wajahku. Aku tak kalah menatapnya. Di hatiku tumbuh rasa bangga atas kepemimpinan Boi, kakak kelasku di SMP dulu. Aku cuma mengangguk, tersenyum meninggalkan Boi untuk segera masuk barisan.

"Hari pertama MOS, betul-betul membuat badanku terasa remuk." ucap Sisca dalam hati. Entah berapa kilo meter jarak ditempuh hingga badan terasa sakit semua. Belum lagi pus up, seet up, jongkok bangun. Sampai- sampai pulang sekolah Sisca tidak sempat mandi. Dia langsung menuju tempat tidur, hingga tertidur lelap.

Keesokan harinya, pagi-pagi Sisca mandi dengan air hangat yang disediakan ibunya. Sambil makan, Sisca meminta bantuan pada ibunya untuk dikepang sepuluh sesuai dengan permintaan kakak pembina.Tak lupa Sisca memakai topi koran yang sudah dibuat. MOS kali ini dimulai dari baris berbaris ringan. Selanjutnya diisi acara perkenalan dan berbagi pengalaman.

"Aduh, perkiraanku meleset. Kirain Kak Raka memimpin. Ternyata Boi." Kata Sisca dalam hati.

Setelah diawali dengan doa bersama, acara MOS dimulai. "Selamat pagi adik-adik. Acara kali ini kita isi dengan perkenalan dan berbagi pengalaman. Boleh diisi dengan tanya jawab." Kata Boi dengan santai di tengah lingkaran tempat regu mawar duduk.

"Saya mulai dengan nomer absen dua puluh. Silahkan berdiri."

Sisca terkejut. Kok aku yang memulai? Ah, sudahlah. Daripada dihukum. Sisca lalu berdiri. Dia merasa agak gugup.

Sisca meyakinkan dirinya, lalu berucap "Perkenalkan, namaku Sisca. Aku alumni SMP 1. Aku senang bertemu dengan teman-teman baru. Menurut saya sekolahnya sangat bagus, luas dan tanamannya banyak. Kegiatan MOS sudah bagus, tapi kakak pembina jangan terlalu keras," kata Sisca menutup pesan dan kesannya.

Terlihat kakak pengasuh ada beberapa yang tersenyum. "Kami tidak keras kok. Ya, biar adik-adik terbiasa disiplin," Kak Tunik menjawab meyakinkan.

"Bener. Kita biasa-biasa saja. Saya juga di straf, digojlog keras dulu. Sekarang kan tidak boleh.

Cuman..., itu Kak Boi kelihatan keras. Tapi dia lembut kok!"

Semua peserta regu mawar menoleh ke Kak Boi yang berdiri paling pojok dan serentak menjawab, "benaaar..."  Terlihat Kak Boi senyum-senyum saja.

Setelah semua mengisi acara perkenalan, jam istirahatpun diberikan. Tidak tahan Sisca dan teman-temannya menyerbu kantin. Sisca dan Tini membawa makanan ketempat duduk di bawah pohon palem. Sedang asyik menikmati, ternyata Boi dan Raka sudah ada di depan mereka.

"Maaf kami ikut di sini bersama Boi,"  kata Raka.

"O, silahkan Kak Raka."

"Kenapa tidak mempersilahkan Kak Boi?"

"Maaf ya Kak Boi. Tini menyaut dan mempersilahkan Kak Boi duduk."

Suasana cukup bersahabat walau mereka berbeda tingkat kelas. Entah mengapa Tini dan Raka meninggalkan tempat itu. Sisca bingung dan canggung berhadapan dengan Boi.

"Sis, waktu SMP kamu kelas C ya? Kan kamu yang ikut di OSIS bidang seni? Betul kan?" Boi melempar pertanyaan sambil menggaruk kepalanya.

"Ya, bener semuanya."

"Sis, kamu...kamu tambah dewasa sekarang." Tak sengaja tatapan mereka beradu. Ada perasaan lain yang terasa menjalar di tubuh Sisca.

Sisca lalu menjawab." Ya, umurku kan bertambah."

"Kok, jawaban kamu pendek-pendek?"

"Aku takut salah kakak."

Sampai disitu, bel berkumpul terdengar. Sisca mohon pamit. Dia sempat memandang Boi. Dia kagum ternyata Boi gagah dan tegap. Masuk akal, sebentar lagi dia tamat di SMA.

Tiga hari mengikuti MOS, ada yang beda dirasakanSisca. Suasana sangat akrab. Regu mawar menjadi regu yang disegani oleh kakak pembina. Mungkin karena anggotanya banyak yang alumni pengurus OSIS waktu di SMP. Aku, Cendi, Jajak, Toni, dan yang laiinnya. Beban selama tiga hari tidak terasa.

Tibalah hari keempat. Hari terakhir MOS yang diisi hiburan. Sisca oleh teman-temannya didaulat untuk menyanyi. Sisca merasa tidak siap karena suaranya tidak bagus. Suasana pagi di halaman sekolah sangat meriah. Panggung terbuka penuh hiasan. "Waah, kakak OSIS, memang orang-orang cekatan", kata Sisca dalam hati.

Setelah cek sound selesai dan semua sudah siap, acara dimulai. Banyak atraksi yang ditampilkan. Hingga yang dinanti tiba. Hiburan lagu-lagu memang trent nya anak muda. Tidak disangka aku dari regu mawar dipanggil naik ke panggung. Dadaku deg-degan.

Dengan penuh percaya diri aku nyanyikan lagu group Kotak, Aku ambil judul:

Masih Cinta

"Tik...tik...tik... Waktu berdetik

Tak mungkin bisa aku hentikan Maumu jadi mauku

Pahitpun itu aku tersenyum Kamu tak tahu

Rasanya hatiku

..."

Gemuruh dan sorak penonton terdengar. Aku sempat memandangi Boi yang duduk di depan. Terlihat dia termangu. Mungkin hayut dalam syair lagu itu. Sampai aku selesai menyanyikan lagu, Boi masih tertegun. Aku turun dari panggung. Ketika aku berjalan disampingnya, Boi berdiri dan menjulurkan tangannya, sambil berucap,

"Selamat, suaramu bagus Sisca. Aku kagum", Boi memujiku sambil tersenyum.

Genggaman tangan yang pertama dari Boi, terasa menjalar keseluruh tubuhku. Apakah aku sudah mulai bisa mengagumi seorang lelaki?. Apakah aku sudah mengenal jatuh cinta?. Sisca termangu ditempat duduk, sampai ia sadar bahwa acara sudah selesai. Ia terkejut teman-teman sudah banyak yang pulang. Ketika baru melangkahkan kaki, di depannya sudah berdiri sosok laki-laki yang dia kagumi. Dia berucap sambil mengacungkan tangan.

"Selamat ya Sisca. Kau telah menjadi bagian dari saudara di sekolah ini. Belajar yang rajin. Mohon maaf apabila selama MOS, aku membuat kamu tidak nyaman. Aku hanya melaksanakan tugas yang diberikan sekolah."

Sisca merasa gagap termangu. Dijulurkannya tangan, sambil memegang jemari Boi.

"Terimakasih Kak Boi. Kakak memberi pelajaran yang banyak padaku."

"Sama-sama. Selamat berpisah Sis. Aku harus keluar daerah karena aku diterima di kampus itu."

Boi memegang erat jemari Sisca. Sisca menatap Boi. Dia berusaha menahan air matanya. Tak sepatah katapun keluar. Sisca dalam hatinya menyesali, mengapa disaat ia mengenal Boi lebih dekat, waktu memisahkannya. Adakah Boi merasakan apa yang aku rasakan?" Kata Sisca dalam hati.   

Sampai dia merebahkan tubuhnya ketika tiba di rumah. "Aku mengagumi mu Boi." Terngiang dalam pikirannya, seiring sayup-sayup syair lagu dari Kotak seakan terdengar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun