Bu Yunita diangkat menjadi guru P3K, setelah 5 tahun mengabdi.
"Mengheningkan cipta mulai...," suara Yunita tegas tapi terdengar sejuk. Semua peserta upacara menundukan kepala. Termasuk Bapak Kepala Sekolah. Jalannya upacara lancar sampai berakhir. Ini pengalaman pertama Yunita sebagai pembina upacara.
Anak-anak berlarian. Hampir semua masuk kelas. Hampir bersamaan, mereka keluar dan ditangannya memegang bingkisan. Ada banyak siswa yang memegang seikat bunga. Mereka lelihatan bahagia menemui guru mereka, sambil memberikan bingkisan.
"Ini buat ibu. Hanya setangkai bunga mawar," kata Widia siswa kelas lima. Wajahnya sedikit bersedih.
Â
Sambil membungkuk Bu Yunita mengambil bunga itu dan berucap. "Terimakasih nak Widia. Ibu senang sekali bunga pemberianmu. Itu bunga kesukaan ibu."
"Tapi Widia merasa sedih tak bisa memberikan ibu apa-apa. Orang tuaku tak punya uang." Widia menunduk berucap.
Bu Yunita menatap dan membelai rambut Widia. "Nak Widia. Kamu jangan bersedih. Pemberian bunga ini sudah lebih dari cukup. Percayalah ibu bahagia atas pemberianmu."
Bu Yunita, berbalik memberikan Widia bingkisan kepada Widia. Selanjutnya mereka masuk kelas kerena jam belajar sudah dimulai. Namun hanya sesaat, anak-anak dipulangkan, agar para guru bisa menikmati ulang tahun guru di rumah.
*****
Dua harinya bertepatan dengan hari senin. Anak-anak sekolah seperti biasa. Mereka dengan tertib belajar.Tapi anak-anak kelas lima merasa bersedih karena ibu Yunita tidak sekolah. Yunita menjadi guru kelas sekaligus wali kelas di kelas lima.