Tidak lama berselang, aku masuk bersama teman seangkatan. Ada Toto, Vivin, Dian dan lainnya. Aku duduk dibagian tengah. Aku mencari-cari duduknya Reni. Perasaanku jadi tidak enak, karena Reni duduk di samping Jayus. Apakah aku cemburu? Ah...tidaklah. aku kan belum apa-apanya Reni.Â
Waktu terus berlalu. Bunga cinta di hati Rico terus memekar. Seperti mekarnya diri Reni yang makin cantik. Dari pada aku memendam perasaan, mengapa tidak aku katakan sejujurnya pada Reni. Terserah apa yang akan terjadi. Hingga dalam pertemuan kuliah berikutnya.
 "Ren, boleh aku menyampaikan sesuatu?" Reni memandangku. Aku menjadi salah tingkah. Apakah ucapanku keliru?
"Tentang apa Rico?"
"Aku cinta padamu". Rasa malu berkecamuk di hati Rico. Reni menunduk.
"Rico, bukankah kau beberapa kali mengirim surat padaku?, dan selalu aku balas. Itu kataku yang sejujurnya.
"Tapi aku belum paham maksudmu".
"Aku perempuan Rico. Aku tidak mau tersakiti. Aku meyakini kau telah memiliki gadis setingkatmu".
"Kau salah sangka Reni"
"Perempuan lebih perasaan Rico. Sebagai idola karena kepintaranmu, aku tahu kau sangat dekat dengan gadis itu. Aku tidak mau mengganggu".
"Ren, kau salah duga. Aku masih sendiri. Jujur aku masih sendiri. Rico mendekat meyakinkan Reni.