"Rico..., berucap cinta, sayang itu mudah. Tapi menjaga cinta itu biar seiring selamnya yang susah. Maaf nanti kita bicara lagi. Ini sudah sore. Kita persiapan tentamen besok".
Reni berusaha memancing emosi Rico. Dia tidak ingin dipermainkan, walau dalam hatinya sudah lama jatuh cinta sama Rico. Pria yang ganteng, santun dan pintar. Selama itu pula Rico memendam perasaan. Menunggu jawaban dari perempuan yang dicintai. Selama itu pula Rico menahan rasa cemburu, karena sering kali dia melihat Reni sangat dekat dengan Jayus. Apakah aku menanti ketidakpastian? Apakah Reni sudah milik Jayus? Apakah aku bertepuk sebelah tangan?
Rico tak ingin menggantung perasaannya. Hingga Rico memberanikan datang kerumah kos Reni. Dia tahu tempat kos itu sangat tertib. Tidak sembarang lelaki diijinkan memasuki rumah. Dengan alasan yang tepat, aku diijinkan masuk dan kebetulan Reni tidak pulang kampung. Tidak lama tuan rumah memanggil Reni.
"Ah, kak Rico. Sudah tadi?"
"Baru san Ren".
"Bentar ya, aku buatin teh". Tidak lama Reni sudah membawa teh hangat.
"Silahkan kak Rico". Sesaat Rico tertegun melihat Reni dalam balutan pakaian di rumah. Sungguh sempurna, pikirnya. Dia kemudian meminum teh.
"Ren, maaf ya aku hadir di sini. Tidak bermaksud merendahkanmu. Tapi sebaliknya, aku mengagumimu. Hanya dengan cinta, kekaguman itu akan terobati".
"Apakah Kak Rico merayu?"
"Tidak Ren". Entah keberanian dari mana aku memegang jemari Reni. Ada genggaman aku rasakan dari tangan Reni.
"Kak Rico, besok kita ketemu di kampus. Tidak enak terlalu lama di sini. Percayalah". Rico mengerti, dan perlahan menjauh dari Reni. Reni menghantar sampai pintu luar sementara tuan rumah telah mengambil gembok mengunci pintu. Keesokan hari.