Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Pawai Ogoh-Ogoh

14 Juli 2023   14:10 Diperbarui: 14 Juli 2023   14:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratih melerai. Mereka pun berpisah.

Malam semakin gelap. Kerumunan dijalanan penuh   sesak susah dikenali. Anak-anak sudah mulai

menyalakan obor yang mereka bawa. Walau ujung utara desa dimana kuburan berada kira-kira lagi tiga ratus meter, jalan ogoh-ogoh semakin lambat. Sudah  pasti penggotong  ogoh-ogoh lelah. Kiri kanan jalan tampak gelas-gelas air mineral berserakan. Ada juga   pembungkus makanan camilan. Suasana seperti ini   sulit dihindari karena begitu banyaknya peserta. Ada waktu istirahat yang diberikan oleh Jro Bendesa.

Kesempatan ini digunakan oleh Bancu mendekati   Ratih. Dia menyeruak dikerumunan pemudi.

"Rat, sini. Disini duduk. Biar agak gelap". Ratih terkejut.    Dia mengikuti Bli Bancu. Sambil menyodorkan tisu, Ratih mengamati Bancu seperti habis mandi karena keringat. Dia kagum pada tampilan Bancu yang gagah.

"Ada apa Bli. Nanti dilihat sama Dogler".

"Banjar dia jauh dibelakang. Tidak mungkin".jawab Bancu.

"Rat, boleh aku mencintaimu?" Bancu tanpa tedeng aling-aling melampiaskan rasa cinta yang lama terpendam.

"Boleh dong. Setiap orang boleh mencintai".Ratih  memancing.

"Maksud Bli cinta spesial". Bancu memandang wajah Ratih. Duh, cantiknya gadis ini. Semoga aku bisa memiliki, pikirnya.

"Ah, Bli kayak pesen martabak telor aja. Ada spesial". "Ya, karena Bli sungguh-sungguh".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun