"Bener kok Anjani. Karenanya aku ingin kamu dapat menerima cintaku."
Belum sempat menjawab, panitia memanggil siswa kelas XII kedepan berdasarkan kelas untuk mendapat gordon untuk dikalungkan. Akhirnya mereka berpisah membawa tanda tanya soal cinta.
Acara terus berlangsung, sampai pada acara penutupan makan siang. Anjani harus masuk kelas masing-masing. Dia bertemu dengan Dwika. Dwika dari semester lalu juga terus menggoda Anjani. Sampai-sampai nilai rapornya menurun. Sama dengan Jenar, Dwika keseharian tidak banyak bergaul dengan teman perempuan. Ia tipe lelaki seriusan.
Saat serius Anjani menikmati nasi kotak, ternyata Dwika mendatanginya. Dia kelihatan memegang minuman gelas di tangannya. Ia lalu berkata. "Anjani, tolong bantu aku bukain air minum ini. Aku tak melihat pipetnya jatuh."
Anjani gelagapan. Dia tak habis pikir, kok tumben Dwika dekat dengan aku.
"Mana Dwik. Sini aku bantu." Anjani mengambil air minum gelas. Tak disangka jemari mereka
bersentuhan. Perasaan Anjani bergetar. "Kalau olah raga, kita biasa ya saling geplok. Kok saat seperti ini sentuhan beda banget rasanya? "Pikir Anjani." Anjani lalu memberikan Dwika air minum itu.
"Boleh aku duduk disini?"
"Aduuh, kasusnya hampir sama. Jangan-jangan Srik si mulut ember melihat. Atau sekalian Jenar lewat disini. Tuuh...matilah aku." Pikir Anjani dalam kebimbangan.
"An, enak nasinya ya. Aku suka ayam goreng kremes ini." Kata Dwika kepada Anjani memecah kesunyian.
"Kok ayamnya? Aku lebih lebih suka udang yang berisi tepung."