Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamar Nomer 8 di Hotel Horison

11 Juli 2023   21:16 Diperbarui: 11 Juli 2023   21:24 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau berharap ya aku pulang bulan Desember? Biar lama dapat mempermainkan aku". Ririn menjauh dan duduk di bawah pohon jambu. Matanya mulai nampak memerah. Buliran air mata tak bisa dia bendung. Tito mendekati Ririn kekasihnya.

"Rin, beri aku kesempatan menjelaskan." Tito mau memegang tangan Ririn, tapi Ririn menghempaskan tangannya.

"Berkata-kata itu mudah Tito. Apalagi berkata bohong."

"Ririn, ." Belum sempat melanjutkan, Ririn sudah memotong pembicaraan Tito.

"Tito, apa kamu perlu bukti? Aku merekam pembicaraanmu dengan wanita itu. Kalau aku mau, di hp mu pasti tersimpan sms bercintamu dengan perempuan lain. Tapi buat apa? Hatiku akan bertambah sakit. Sakit Tito." Ririn meluapkan tangisnya.

Dalam waktu bersamaan, Mirah datang ke galery Tito. Baru san dia di telpon oleh Tito. Dia ingin masalah ini tuntas. Mirah diam sejenak. Lalu berucap.

"Perkenalkan. Namaku Mirah. Aku penduduk disini. Aku sudah curiga ketika menengok lukisan wajahku. Tito kelihatan panik menerima telpon."

Ririn berdiri dan matanya menyorot Mirah. "O, kau rela ya merebut pacarku? Coba pikir bagaimana kalau sebaliknya. Pasti kau sakit hati juga."

"Begitu ya? Ternyata kau salah sangka. Ini lihat poto-poto di hpku."

Mirah menyodorkan rekaman vidio dan simpanan poto pra wedding dari Mirah kepada Tito. Tito mendekati Ririn dan memperlihatkan poto dan rekaman itu.

"Nah, sudah lihatkan? Aku ini keturunan ningrat. Tak mungkin sembarang orang aku cintai. Itu tradisi dikeluargaku".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun