"Kak Tito. Sini dulu! Ririn pura-pura berhias. Oh cantiknya gadisku, pikir Tito, ketika dia melihat pujaannya di cermin. Tito seolah berlari dan langsung mendekap Ririn
"Kak Tito. Aduuh...Lepas. aku panas." Tapi Tito menguatkan pelukannya. Secepat kilat ciuman jatuh di pipi Ririn.
"To, kamu mulai nakal. Situ mandi dulu. Bau ah." Ririn memegang pinggang Tito. Tito melepas pelukannya, menuju kamar mandi. Ririn seolah diam membisu. Kecupan pertama dari Tito, membuat hati Ririn berbunga. Inikah bagian dari cinta? Perasaan Ririn makin mengumbara. Adakah Tito akan memberikan sesuatu yang sulit ku lupakan?. Akankah Tito memiliki diriku sampai batas yang tidak pantas? Apakah aku berserah begitu saja buat kekasihku yang pertama? "Ah, lebih baik pasrah saja", pikirnya.
Tito keluar dari kamar mandi. Ririn menjemput dengan memegang tangan Tito.
"Kok masih bau, pasti tidak pakai sabun ya?, Ririn memancing. Secepat kilat Tito mendorong Ririn. Mereka berdua merebah di kasur.
"Aku cukup mencari harum di tubuhmu."
"To, ah, kamu jangan begini. Tito." Ririn berusaha melepas cengkraman Tito.
"Hanya untuk kali ini Ririn."
"Tito nanti ada waktunya. Kita belum apa-apa."
Tito tersadar dan melepas pelukannya. Mereka berdua merapikan pakaian yang sempat sembrawut.
"To, aku mohon pamit ya. Besok aku harus balik ke Bandung untuk meneruskan kuliah. Libur semester pasti aku menemuimu lagi."