Mohon tunggu...
DEVY INTANPUJIAWATI
DEVY INTANPUJIAWATI Mohon Tunggu... Dosen - Guru, Tutor, Dosen, dan Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analilis Buku Children's Thinking Cognitive Development and Individual Differences

11 Desember 2022   12:39 Diperbarui: 11 Desember 2022   13:01 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

VYGOTSKY 

 Lev Vygotsky dikenal sebagai a social cultural constructivist asal Rusia. Beliau adalah orang yang mengemukakan teori tentang pengetahuan yang dibangun oleh anak merupakan hal yang mampu dilaksananakan  secara individual tanpa adanya perantara. Bukan dikirim atau ditransfer dari orang lain melainkan dibangun sendiri. Vygotsky  berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pebelajar aktif dan memiliki struktur psikologi yang mengendalikan perilaku belajarnya. Selanjutnya, melalui teroi revolusi sosiokulturalnya Lev Vygotsky mengemukakan bahwa manusia memiliki alat berpikir ( tool of mind ) yang dapat digunakaknan untuk membantu memecahakan masalah, memudahkan dalam  melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami. Lev Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat berpikir manusia yaitu : membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.

 Prinsip dasar dari teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko-konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada. Pengetahuann juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun-temurun melalui orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan pesamaan yang tampak.

 Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep zone of proximal development (ZPD) sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat berwwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil. Lev Vygotsky mendefinisikan ZPD sebagai jarak /kesenjangan atau level perkembangan potensial yang ditunjukkan oleh pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa ataupun kerja sama dengan para teman sebaya yang lebih mampu (the distance between thee actual developmental level as determined by independent problem solving and level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers).

Dalam mengatasi kesenjangan tersebut Vygotsky menggunakan tahapan-tahapan atau Scaffolding. Scaffold memberikan fasilitas kemampuan anak untuk membangun pengetahuan sebelumnya dan menginternalisasi pengetahuan berikutnya. Aktivitas-aktivitas yang diberikan dalam pembelajaran Scaffold hanya melewati tingkatan yang pebelajar dapat lakukan sendiri. Semakin besa kemampuan lain yang diberikan Scaffold supaya pebelajar dapat menyelesaikan tugas yang biasanya tidak dapat diselesaikan anak sehingga membantu pebelajar melalui ZPD. Terdapat 4 tahapan ZPD, yaitu sebagai berikut: pertama, tindakan anak masih dipengaruhi oleh orang lain; kedua, tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri; ketiga, tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi; keempat, tindakan spontan yang diulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak

Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain pada anak usia dini haruslah memperhatikan hal-hal berikut : (1) anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan potensinya; (2) pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya; (3) program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi; (4) anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan pemecahan masalah; (5) proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.  

Jerome Bruner 

Jerome Bruner merupakan seorang psikolog yang lahir pada 1 Oktober 1915 di New York. Beliau mengungkapkan teori pendidikan teori discovery learning yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Karena dalam pembelajaran ini dilakukan berulang-ulang, maka dikenal dengan kurikulum spiral. Sehingga secara tidak langsung para peserta didik telah menambah ilmunya tanpa mereka ketahui. Teori ini sangat mengedepankan kreativitas pemikiran dari peserta didik untuk melakukan eksperimen.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan teori ini di pembelajaran dari anak, yaitu dengan memberikan contoh yang nyata, mengembangkan keberanian anak melalui penyampaian pendapat, dan sebagainya. Teori ini pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat meningkatkan motivasi, mengembangkan pemikiran dalam menyelesaikan masalah, memperoleh pengalaman, pengetahuan yang di dapat mudah diingat, dan sebagainya. Selain itu teori ini juga mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik dituntut untuk mempunyai kesiapan mental, memakan waktu yang cukup lama, memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, dan sebagainya. Bila para pendidik menggunakan teori ini dengan benar dan bijak, maka hasilnya akan baik dan para peserta didik lebih mudah dalam mempelajari suatu ilmu.

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui. Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).

Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun