Mohon tunggu...
Devi P. Wihardjo
Devi P. Wihardjo Mohon Tunggu... Editor - Hidup Yang Menghidupkan

Pemerhati Pemerintahan, Politik, Sastra, Filsafat, Ekonomi Indonesia, Pendidikan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Kritik Peradaban: Predator itu Bernama Waktu

18 November 2021   18:15 Diperbarui: 18 November 2021   18:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

3. Masa depan.

Bukan hanya tak pernah terjawab, waktu juga kerap masih menjadi perdebatan alot sejak abad pertengahan, Agustinus membagi waktu menjadi dua, waktu objektif dan waktu subjektif. Waktu objektif adalah waktu yang berada mandiri di luar manusia atau subjek, waktu subjektif adalah waktu menurut akal budi.

Immanuel Kant mengkritik waktu objektif, waktu berada dalam diri manusia bukan di luar dan secara mandiri terpisah dari manusia. Contoh; ketika anda bersama kekasih anda maka waktu akan terasa sangat cepat. Hal menjadi berbanding terbalik ketika anda duduk di atas tungku panas selama sedetik. Waktu seakan akan terasa sangat lama. Inilah yang dinamakan waktu subjektif, Pernyataan ini nantinya akan dikembangkan oleh Albert Einstein.

Ruang selalu terikat dengan waktu, dan waktu selalu terikat oleh kesadaran manusia. Manusia akan terus mengada dalam ketiganya (ruang, waktu, dan kesadaraan) dalam satu kesatuan. Dalam keseharian manusia selalu berhubungan dengan sesamanya dan berinteraksi. Dalam interaksinya manusia menemukan makna akan kehidupannya, ada bersama dengan sesamanya dinamakan Mitdasein oleh Heidegger. Bagi Heidegger, waktu adalah horizon manusia, ia terlempar di dunia (Dasein)

Eksperimen Ilmuan Hafele-Keating 

Cepatnya waktu berlalu tergantung pada situasi dan kondisi. Jika Anda bepergian dengan kecepatan super-relativistik, yang mendekati kecepatan cahaya, atau berada di dekat lubang hitam (dan entah bagaimana tidak dihancurkan olehnya) waktu yang Anda alami akan kurang dari waktu yang dialami orang lain

Imajinasi Manusia Tentang makna 'Waktu' dalam kehidupan sosial:

  • Waktu adalah objek makna manusia: Muda-tua, masa lalu-masa kini, primitive-kuno-moderen
  • Manusia dengan imajinasinya menangkap waktu bukan tentang detik, menit, jam, hari, bulan, tahun sebagai kalender (Masehi, Hijriah, Jawa, China)
  • Mitologi waktu: Hari aktifitas, hari libur, hari baik-buruk, weekend-weekday

Waktu termasuk hal yang sudah uzur di Bumi, ia jelas-jelas ada tapi manusia kerap terlena dalam imajinasinya dan membiarkan semua terjadi tanpa bisa mengendalikan, Bagaimana dengan hidup melawan waktu? Pria/wanita yang memilih hidup melawan waktu jauh lebih sehat dibanding orang yang menerima dengan begitu saja perubahan pada tubuhnya, melawan waktu dalam hal ini ingin terlihat awet muda dengan terus berolahraga menjaga Kesehatan dan bergaul dengan yang lebih muda agar terus bisa berjiwa muda.

Pertanyaan akhir, Mengapa seringkali kehidupan sosial manusia membatasi pemikiran subyektif kita, sementara kehidupan ini diciptakan tak sama satu sama lain. Kehidupan sosial yang kadang semena-mena bagi pandangan subyektif kita acap kali membuat tergilas zaman dan kalah pada perubahan.

Bagaimana juga orang-orang yang memilih terbebas dari waktu, ini muncul ketika kehidupan sosial akhirnya mengartikan waktu adalah uang, maka banyak orang yang melawannya dengan yang disebut 'Kebebasan finansial'. Manusia yang terkungkung makna obyektif dari waktu seringkali hanya terbawa arus zaman dan akhirnya menjadi korban peradaban.

jika ingin menang dari waktu maka lawanlah dan bebaskanlah jiwamu dari penjara waktu dan jebakan pandangan orang lain selain dirimu, jangan biarkan waktu jadi predator bagi kehidupan manusia. Biarkan waktu berjalan tapi jangan sampai memakan Nurani manusia, bahkan waktu hanya menyisakan ingatan-ingatan dimasa lalu dan hanya bisa dirasakan 'Saat ini' dan hanya bisa menerawang 'masa depan'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun