Kemudian pertanyaan saya juga ikut melangit, meski seperti asap yang tak bisa digengam
Saya yang bagai jijik disentuh peradaban, mencoba memurnikan fitrah manusia yang kadung membuat waktu begitu remeh (sebab pusing jika dipikirkan).
Pertanyaan awal, Mana dulu diciptakan manusia atau waktu? Hingga saat ini ilmuan terhebat belum ada yang bisa memecahkan misteri itu, tapi mengapa kita rela menjadi budak waktu, jika sendiri tak tahu apa dan bagaimana dengan waktu. Seolah waktu itu jarum jam yang bergerak dan kita dipenuhi kekhawatiran akan terhempas dari kehidupan bumi yang riuh sesak. Bahkan kebenaran mutlak tentang waktu saja belum pernah bisa ditemukan.
Waktu hanya bisa didefinisikan dengan sederhana tapi berujung kerumitan kritis yang berakhir pada pemikiran soal 'Betapa berharganya waktu'. Waktu bagai hal Ghoib yang ADA dan harus dipercaya.
Lalu dahimu berkerenyit melihat orang-orang yang mencoba melawan waktu, kau mual keheranan bahkan berujung otakmu kosong dan mencari-cari pembenaran.
Padahal kau tak paham pula makna waktu, tapi dengan rela menjadi budaknya. Bahkan Tuhan tak pernah menyebutkan kapan dan bagaimana kau akan mati, tapi kau sudah ketakutan kepada waktu.
Kau tak pernah tau apa dan bagaimana jodohmu, tapi kau lebih suka melihat segalanya dari dimensi waktu, pria/wanita ini harus lebih muda atau lebih tua dariku setidaknya jangan sampai menjadi cibiran bagi kehidupan sosialmu. Lebih baik mengorbankan kebenaran pribadi daripada mengorbankan kebenaran umum.
Dimensi waktu menjadi momok menakutkan bagi penggila hari akhir, khawatir belum ini itu sebelum mati, takut belum berbuat baik sebelum mati, khawatir belum punya bekal menuju akhirat. Hidup manusia yang berharga ini dihantui dengan kematian, apakah itu benar atau salah, kita tak pernah tau jawabannya, kita hanya terus saja mendengar orang lain berceramah tanpa bertanya kepada diri sendiri kebenarannya.
Mari memperjelas apa itu Waktu? (Clarifying Concept):
Â
Augustinus