Mohon tunggu...
Devi SetyaPrastika
Devi SetyaPrastika Mohon Tunggu... Lainnya - Dengan saya sendiri

Banyuwangi, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terjemah Al Quran Menggunakan Metode Safinda dan Praktiknya

1 November 2021   07:00 Diperbarui: 1 November 2021   07:27 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pengertian Metode Terjemah Al-Qur’an

Metode bersumber dari bahasa Yunani dari kata “Metha” yang memiliki arti melalui dan dari kata “ Hodos” yang berarti cara, alat, jalan, atau gaya. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya metode merupakan suatu cara atau gaya yang terpikir dan teratur yang harus ditempuh untuk meraih dan mencapai sesuatu yang dikehendaki atau tujuan tertentu. Metode juga dapat dimaknai sebagai prosedur dalam mencapai tujuan yang khusus dalam memecahkan sebuah permasalahan.

Terjemah memiliki arti penjelasan yang terbentuk dari masdar fi’il ruba’i. Terjemah merupakan pergantiaan bahasa satu kebahasa yang lain, seperti dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Terjemah ini menerangkan pesan serupa dengan kalimat asalnya bahkan harus sedetail teks aslinya dan tidak boleh menyeleweng dari makna yang dimaksud, sehingga makna dan pemilihan kata, gramatika serta struktur kalimat lebih difokuskan pada bahasa alihnya. Terjemahan tersebut harus seakurat mungkin agar makna haqiqi (lafadz yang digunakan pada makna aslinya) dan makna majazi ( kata yang digunakan pada makna yang bukan makna aslinya) menjadi senada.  

Al-Qur’an adalah mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi setiap umat dan menjadi pedoman hidup manusia yang selalu relevan sampai akhir kehidupan. Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari bentuk masdar yaitu “ Qara’a-Yaqrau-Qur’ana” yang artinya bacaan atau dibaca. 

Muhammad Ali As-Shobuni berpendapat, bahwa menerjemahkan Al-Qur’an bermakna menuliskan lafadz-lafadz Al-Qur’an ke dalam bahasa lain selain bahasa Arab. Sedangkan menurut pendapat Husain adz-Dzahabi, menerjemahkan Al-Qur’an ialah pertama, memindahkan sesuatu pembicaraan dari bahasa satu ke bahasa yang lain tanpa mengungkapkan makna bahasa semula yang diterjemahkan. Kedua, mengartikan atau menafsirkan suatu pembicaraan dengan mengungkapkan maksud yang terkandung didalamnya namun dengan menggunakan bahasa lain. 

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menerjemahkan Al-Qur’an adalah memindahkan dari bahasa asli Al-Qur’an kedalam bahasa lain selain bahasa Arab. Ada beberapa metode menerjemahkan Al-Qur’an yang dapat diterapkan sepertimana menurut Az-Zarqoni terdapat dua metode menerjemahkan Al-Qur’an diantaranya ada Terjemah Harfiah dan Terjemah Tafsiriah atau Maknawiah.

  • Terjemahan Harfiah 
  • Terjemah harfiah dapat disebut pula dengan terjemah Lafziah atau terjemah Musawiyah yang memiliki maksud penggantian bahasa sesuai dengan urutan kata bahasa aslinya. Tata cara metode terjemah ini tidak hanya sekedar mencari persamaan kata namun, metode ini dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu makna kata per kata dalam teks. Setelah benar-benar dimengerti dan dipahami, dicarilah persamaan kata dalam bentuk bahasa sasaran dan ditata atau disusun sesuai dengan urutan-urutan kata bahasa asli walaupun nantinya makna yang dihasilkan menjadi tidak jelas. Sebetulnya terjemah harfiah yang menjelaskan bahwa urutan-urutan kata dan cakupan makna sama seperti bahasa asli, mustahil dilakukan karena tiap-tiap bahasa memiliki ciri khas masing-masing dan setiap kata dalam bahasa berbeda mempunyai maksud dan makna yang memiliki nuansa tersendiri. 
  •  Terjemahan Tafsiriah atau Maknawiah
  • Terjemah tafsiriah adalah metode alih bahasa yang tidak terikat dengan urutan atau susunan kata serta kalimat dari bahasa aslinya. Terjemah ini berfokus pada ketepatan maksud dan makna secara sempurna dengan akibat akan terjadi perubahan susunan kalimat serta urutan kata. Maka dari itu, bentuk dari terjemah ini dapat juga disebut dengan terjemah maknawiah, karena mendahulukan kejelasan makna.
  • Teknik terjemah ini dengan cara mengetahui maksud teks dari bahasa sumber terlebih dahulu. Setelah benar-benar dipahami, maksud dari teks tersebut disusun ke dalam kalimat bahasa sasaran tanpa dirangkai sesuai urutan kata atau susunan kalimat dari bahasa aslinya.

 

Penerjemah adalah seseorang yang mengalih bahasakan suatu teks dari bahasa asli teks ke bahasa yang lain, sehingga teks yang telah diterjemahkan bersifat penafsiran dan penjelasan. disaat menerjemahkan teks kebahasa sasaran, harus mempunyai artikulasi yang cermat untuk memperoleh pemahaman akurat seperti yang diinginkan oleh bahasa aslinya, menurut M. Hadi Ma’rifat ada tiga cara untuk menerjemahkan bahasa asal ke bahasa sasaran, yakni:

Penerjemahan tekstual merupakan metode terjemah dengan cara mengalih bahasakan setiap kata dari bahasa aslinya ke dalam kata bahasa sasaran. Susunan-susunan kalimat , satu per satu, kata per kata diubah hingga akhir teks.

Penerjemahan bebas, penejemah berupaya memindahkan suatu makna dari suatu bahasa ke bahasa lain. Susunan kalimat hasil terjemahan tidak diikat oleh urutan kata atau kalimat dari bahasa aslinya. Bahasa terjemah berupaya mungkin menangkap dan  menyesuaikan makna dengan bahasa lainnya.

 

Penerjemahan dengan metode penafsiran, metode ini berusaha menerangkan dan menjabarkan makna yang tercantum dalam teks bahasa asli dengan menggunakan bahasa yang dikehendaki atau yang dituju.

 

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya terjemah merupakan suatu cara atau metode alih bahasa dari bahasa asal suatu kata ke dalam bahasa sasaran dengan maksud akan dapat mempermudah pemahaman orang lain terhadap apa yang kita bicarakan. Selain itu terjemah juga memiliki klasifikasinya yakni terjemah kata, makna sehingga nanti memunculkan lagi berbagai macam metode atau cara bagaimana menerjemahkan dengan baik dan tetap sesuai struktur kalimat yang ada sehingga tidak mengurangi jumlah kalimat atau maksud dari makna dari bahasa asal. Metode terjemah Al-Qur’an merupakan cara dalam mengalih bahasakan bahasa Al-Qur’an yakni bahasa Arab kedalam bahasa lain untuk memberikan pemahaman kepada si pembaca atau si pendengar tentang lafadz-lafadz dari ayat-ayat Al-Qur’an.

 

B. Sejarah Metode PPTQ Safinda

Yayasan Safinatul Huda memiliki Metode terjemah Alquran yang merupakan bagian dari program pelatihan terjemah Al-qur.an (PPTQ). Pendiri atau pencetus dari metode PPTQ Safinda ini adalah Ustadz Choirul Anam pada tahun 2006 . beliau merupakan ketua dari Yayasan safinatul  huda. Pengembangan dan pelaksanaan dalam metode atau cara terjemah Al-Qur’an ini memberikan banyak bantuan kepada masyarakat atau orang-orang yang akan memahami dan mendalami makna Alqur’an dengan cepat dan tepat. Hingga sekarang metode terjemah ini sudah tumbuh dan berkembang tidak hanya di wilayah Surabaya dan sekitarnya, namun juga di kota - kota dan di kabupaten- kabupater seluruh Indonesia, informasi mengenai data terakhir pelaksanaan metode PPTQ Safinda ini sudah diadakan di 45 kota atau kabupaten Se indonesia. Dalam kurun waktu kurang lebih 15 tahun metode PPTQ Safinda sudah bisa diterima dan bermanfaat bagi masyarakat- masyarakat Indonesia yang ingin belajar menerjemahkan Al-Qur’an dan memahami maksud atau makna dari lafadz-lafadz Al-Qur’an.

 

Selain penyebaran metode safinda ini cukup pesat diberbagai daerah Nusantara, pada tahun 2016 saja metode ini sudah mencapai angka 1975 anggota kelompok atau yang terdaftar pernah mengikuti pelatihan program terjemah Alquran safinda ini, banyaknya anggota kelompok tersebut menjadi sangat penting karena angka tersebut menunjukkan rasa minat dan ketertarik masyarakat untuk mengikuti pembelajaran serta pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan safinda melalui cabang perwakilan yang berada di daerah-daerah.

 

Menurut hasil perhitungan dari penelitian yang dilakukan oleh Insiyah pada tahun 2018, ia memperoleh informasi dan data bahwa alasan dan motivasi diadakannya program pembelajaran terjemah Alqur’an dengan metode PPTQ Safinda ini adalah adanya realita dan fakta bahwa pembelajaran Al- Qur’an di Indonesia  hanya sebatas belajar ilmu tajwid , tilawah, serta makhrijul huruf saja sehingga memberikan kesan kepada masyarakat bahwasanya belajar Al-Qur’an hanya mempelajari tiga aspek itu saja.

 

Sedangkan belajar Al-Qur’an seharusnya juga dapat belajar memahami maknanya dan dilakukan sejak dini sehingga akan memberikan pengalaman kepada anak dan berpengaruh terhadap pembentukan karakter mereka karena telah mengetahui dan memahami makna yang tersirat dalam kandungan Al-Qur’an.

 

Program pelatihan terjemah Al-Qur’an (PPTQ) ini mempunyai dua dasar bahwa menerjemahkan Al-Qur’an tidaklah sulit seperti yang dibayangkan karena yang pertama, di dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar ayat 17, 22, 32, dan 40 sudah dijelaskan bahwa mempelajari Al-Qur’an sangatlah mudah. Kedua kosa kata yang ada di dalam Al-Qur’an banyak terjadi pengulangan ataupun sama. Jumlah kosa katanya pada Al-Qur’an adalah 77.450 dan 71% dari kosa kata tersebut mengalami pengulangan atau sama kosa katanya.  Oleh sebab itu, pelajaran atau materi pertama di dalam program ini pelatihan terjemah Al-Qur’an ini yaitu Juz pertama.

 

Q.S Al-Qamar ayat 17 berbunyi:

 

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِنۡ مُّدَّكِرٍ

 

Artinya: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”. 

 

Metode PPTQ Safinda memiliki visi dan misi yang jelas dan terukur, visinya dari metode ini adalah “ Menjadi Lembaga pusat studi pembelajaran Alquran yang berkualitas tingkat nasional yang menitikberatkan pada aktualisasi nilai alquran untuk membangun umat yang mempunyai daya saing pada tahun 2030”

 

Visi tersebut menggambarkan bahwa program pelatihan terjemah Al-Qur’an Safinda ini mementingkan pada mutu pembelajaran AL-Qur’an yang bersaing pada tingkat nasional, sehingga melahirkan dan mencerdaskan umat muslim dengan dapat menerapkan nilai-nilai Qur’anY dan menjadi pedoman di dalam kehidupan bermasyarakat .

 

Sedangkan misi metode ini yaitu “ mencetak umat muslim yang Qur’any, menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur’an untuk pemula berupa tahfidz alquran dan tahsin Al-Qur’an, melakukan pelatihan terjemah Al-Qur’an, mengadakan pelatihan terjemah alqur’an serta ulumul qur.an.

 

Adapun tujuan utama diselenggarakannya program pembelajaran terjemah Al-Qur’an ini iyalah agar masyarakat Indonesia dapat memahami Al-Qur’an dan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an seperti motto yang yayasan Safinatul Huda ini pegang yakni “ Moco qur’an angen-angen sak maknane “ yang berarti membaca Al-Qur’an seperti membaca koran. Sehingga sesudah mengikuti pelatihan program pembelajaran terjemah Al-Qur’an yang didalamnya memiliki  program seperti pembelajaran terjemah, tahsin, tafsir, tahfidz, dan ulumul qur’an. Masyarakat dapat mengetahui hal-hal mengenai kandungan Al-Qur’an mulai makna kata, makna satu kalimat, dan makna satu ayat di dalam Al-Qur’an.

Metode Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an (PPTQ) Safinda adalah cara untuk mempelajari terjemahan Al-Qur’an sekaligus tata bahasa dari bahasa Arab dengan cara yang sederhana, praktis dan mudah. Metode ini mempelajari semua hal tentang bahasa Arab dan dengan memformulasikan teori dasar nahwu shorof quantum dengan pembelajaran yang mudah serta mengasikkan dan menyenangkan.

 

Ada beberapa prinsip belajar dan mengajar metode PPTQ Safinda seperti berikut:

 

  • Prinsip umum metode safinda
  • Cara dalam proses mengajar lebih penting dari pada materi yang diajarkan. Materi yang diajarkan pada metode tamyiz hampir sama dengan buku Nahwu Shorof lainya, yang terpenting metode Safinda ini cara mengajarkannya mudah dipahami sehingga dapat dipelajari oleh anak kecil.

  • Prinsip cara mengajar metode Safinda
  • Mengajar dan melatih Program Pelatihan Terjemah Al-Qur’an Safinda menggunakan bahasa hati ( mengajar dapat dilaksanakan dengan hati maupun mulut, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an ke dalam hati manusia)
  • Mengajar harus dilaksanakan dengan bertahap
  • Prinsip cara dalam belajar metode Safinda
  • Ilate kudu muni (LADUNI)
  • Peserta didik atau santri belajar dengan cara menggerakkan suaranya. Hal ini merupakan cara untuk mengoptimalkan pemakaian potensi pada otak kanan serta otak kiri agar seimbang) dan menggunakan teknik mengulang atau pengulangan secara interaktif untuk mengoptimalkan cara kerja pada otak bawah sadar.
  • Training of Trainers (TOT)
  • Pola belajar santri dengan mendengarkan ustadz atau ustadzah yang sedang menerangkan atau mengajar yang nantinya insyaAllah dengan itu santri otomatis dapat mengajarkan metode PPTQ Safinda ini kepada orang lain sesuai apa yang dia dapatkan.

 

C. Tahap-Tahap Metode PPTQ Safinda

Tahapan sebelum memulai pembelajaran terjemah Al-Qur’an metode Safinda yaitu santri atau peserta didik menyiapkan waktu serta tempat pembelajaran, yang waktunya itu sendiri juga ditentukan dan diatur oleh santri yang sudah siap menimba ilmu. 

Terkait tempat pembelajaran juga di pilih dan disediakan oleh santri atau peserta didik dengan mempertimbangkan jumlah peserta didik dan kapasitas ruang pembelajaran yang luas dan yang terpenting di dalam ruang pembelajaran tersebut tersedia alat-alat pembelajaran seperti papan tulis dan spidol. Agar pembelajaran terlaksanakan dengan optimal maka maksimal anggota yaitu  40 peserta didik dengan alokasi waktu 90 menit setiap pertemuannya.

Tahapan selanjutnya adalah setiap peserta didik atau santri  mengikuti runtutan pembelajaran dengan berbagai materi yang telah disiapkan, dan setiap materi-materi yang diajarkan mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Adapun materi-materi atau kurikulum pembelajaran ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu materi untuk tingkat dasar atau pemula, materi untuk peserta didik di tingkat menegah dan materi untuk tingkat atas. Materi-materi yang diajarkan dalam pembelajaran terjemah alquran dengan metode PPTQ Safinda yaitu:

 

Kosa kata Al-Qura’n dan teknik dasar menerjemah

 

Kalimat Isim, kalimat Fiil, kalimat Huruf  beserta tanda-tandanya

 

Tashrif Madhi, Mudhaari’, Amar, Jamid, Mustaq

 

Isim Masdar, fa’ il, maf’ul, zaman, makan dan alat

 

Bina’ shahih ( yang mencakup bina’ salim, mudla’f dan mahmuz) dan bina’ mu’tal ( yang mencakup bina’ mitsal, ajwaf, naqish, dan lafif)

 

Wazan fi’il mujarrad dan mazid : fiil tsulatsi mujarrod dan mazid, ruba’i mujarrod dan mazid

 

Pembagian isim jamid : dlamir, maushul, isyarah, syarat, istifham, dharaf, alam, adad, idlafah, istitsna’, fiil dan asmaul khamsah.

 

Kalimat mabni dan mu’rab : mabni “fathah, kasroh, dlummah, sukun “ kalimat mu’rab : marfu’, manshub, majrur dan majzum.

 

Jumlah fi’liyah : fi’il-fail, fi’il-naibul fa’il dan jumlah ismiyah : mubtada’ khabar.

 

Majrurot : bi hurufil jar , bil idlofah dan bittawabi’.

 

Manshubat, seperti maf’ul bih. Maf’ul fih, maf’ul liajlih, maf’ul muthlaq, maf’ul ma’ah, hal tamyiz, mustatsna bi illa, munada murokkab, isim inna dan saudaranya , Khobar kaana dan saudaranya, nawashib, tawabi’.

 

Kalimat-kalimat yang berawal nashab, jar dan jazam

 

Ilmu balaghah, ilmu ma’ani, aspek khabar-insya’, dzikir-hadzf, ta’rif-tankir

 

Ilmu ma’ani, aspek taqdim-ta’akhir, ithlaq-taqyid, washal-fashal.

 

Ilmu bayan: majaz, isti’arah dan kinayah

 

Ilmu badi’ : muhassinat lafdhiyah dan maknawiyah. 

Penerapan pembelajaran terjemah Al-Qur’an metode PPTQ Safinda dibagi menjadi tiga metode yaitu metode ladzi, metode qawaid, dan terakhir metode tafsir ringkas ( dokumen materi presentasi pelatihan ). 

Metode lafdzi di khususkan untuk materi tingkat dasar yaitu mulai dengan materi kosa kata Al-Qur’an dan teknik dasar menerjemahkan dengan materi klasifikasi isim jamid. 

Sedangkan metode qawaid untuk materi pada tingkat menengah ialah mulai dengan materi kalimat mabni dan mu’rab , kalimat-kalimat yang berawal nashab, jar dan jazam. Dan metode yang terakhir atau yang ketiga adalah metode tafsir ringkas diperuntukkan untuk materi pada tingkat atas yaitu materi ilmu balaghah yang meliputi ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Zainuddin yang diselenggarakan di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadiin Sidomulyo Batu Malang ditemukan beberapa tahapan-tahapan  yang dilakukan guru dalam pembelajaran terjemah Al-Qur’an yang menggunakan metode PPTQ safinda ini, tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah; tahapan pertama, guru membaca setiap kata yang berada di dalam ayat Al-Qur’an lalu diikuti oleh santri atau  peserta didik. 

Tahapan kedua, guru bersamaan dengan peserta didik membaca kosa kata dalam Al-Qur’an secara bersama-sama  dengan menyebutkan nahwu dan sharaf dari kosa kata itu. Tahapan  ketiga, santri atau peserta didik membaca kosa kata dalam Al-Qur’an serta diikuti dengan terjemahannya yang dibacakan oleh guru langsung. Tahapan keempat, peserta didik membaca bersama-sama satu ayat penuh beserta artinya. 

Tahapan kelima, guru memberikan kesempatan atau menunjuk langsung peserta didik untuk membacakan keseluruhan materi yang telah disampaikan oleh guru yaitu tentang bacaan kosa kata dalam ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya. Tahapan keenam, guru menjelaskan dan mendeskripsikan makna yang ada di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah dipelajari bersama.

Tahapan-tahapan pembelajaran terjemah Al-Qur’an metode PPTQ Safinda ini guru difasilitasi atau dibantu oleh berbagai media yang telah disediakan oleh lembaga atau yayasan . Seperti kamus lafadz alquran dan media lembar Al-Qur’an. Media ini dikenakan saat pelatihan menerjemahkan Al-Qur’an yang diawali dari Qur’an surat Al-Fatihah lalu juz pertama yang ada di sebagian Qur’an surat Al-Baqarah. 

Media lembar ini berisi ayat-ayat suci Al-Qur’an yang ditandai dengan warna merah dengan artian kosa kata yang belum tau arti maknanya . Oleh sebab itu, kosa kata yang sudah dipelajari di ayat sebelumnya maka tanda merah pada ayat selanjutnya sudah tidak ada lagi sehingga semakin banyaknya materi yang sudah dipelajari maka semakin sedikit tanda merah pada kosa kata  di dalam Al-Qur’an. 

 

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Insiyah bahwasanya tahapan-tahapan atau langkah-langkah guru dalam memberikan materi pelajaran terjemah Al-Qur’an dengan menggunakan metode PPTQ Safinda ialah :

 

Guru atau pengajar membacakan contoh kosa kata Al-Qur’an yang sedang dipelajari

 

Peserta didik atau santri mengikuti bacaan tersebut bersama-sama

 

Guru dan peserta didik membacakan kosa kata tersebut  bersama-sama

 

Setiap santri atau peserta didik diminta untuk menerjemahkan kosa kata Al-Qur’an tersebut

 

Tiap-tiap peserta didik diminta untuk membacakan satu ayat Al-Qur’an tersebut lalu menerjemahkannya secara lafdziyah serta menyampaikan kaidah bahasanya.

 

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang masih belum dipahami.

 

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode PPTQ Safinda

  • Faktor pendukung dan penghambat dalam mempelajari metode PPTQ Safinda sebagai berikut:
  •  
  • Faktor Pendukung
  •  
  • Lafadz yang dihafalkan oleh santri atau peserta didik tidak terlalu banyak yakena makna yang telah dipelajari tidak akan diulang kembali
  •  
  • Guru atau pengajar menyampaikan materi secara bertahap
  •  
  • Dimudahkan dengan cetakan warna yang berbeda pada setiap katanya, warna merah untuk kata-kata atau lafadz yang belum pernah dipelajari atau dihafalkan sedangkan warna hitam adalah lafadz yang telah dipelajari.
  •  
  • Semakin banyak surat atau juz yang sudah dipelajari maka warna merah pada lafadz semakin sedikit sehingga yang kata atau lafadz yang dipelajari akan semakin sedikit
  •  
  • Pengajaran dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh guru-guru yang kompeten
  •  
  • Faktor Penghambat
  •  
  • Jam terbang atau alokasi waktu yang sedikit
  •  
  • Pendapat santri atau peserta didik yang mengatakan bahwa belajar menerjemahkan Al-Qur’an adalah membosankan
  •  
  • Kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran

 

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode PPTQ Safinda

  • Terdapat tiga keistimewaan yang dimiliki oleh metode PPTQ Safinda yang dijadikan rujukan untuk menerjemahkan Al-Qur’an dengan cara menerjemahkan perkata serta kalimat yang berada di dalam Al-Qur’an yaitu :
  •  
  • Metode PPTQ Safinda adalah metode ini sangat mudah dipraktikkan dan efesien untuk memahami isi kandungan di dalam Al-Qur’an
  •  
  • Metode PPTQ Safinda ini memberikan akses yang cukup penting bagi masyarakat muslim yang belum atau tidak pernah mengikuti jenjang-jenjang  pendidikan yang diselenggarakan di  tingkat pesantren.
  •  
  • Metode PPTQ Safinda ini merupakan salah satu peran serta usaha untuk pemasyarakat Al-Qur’an dan meng-Qur’ankan masyarakat.

 

Adapun kekurangan yang dimiliki oleh metode PPTQ Safinda ini ialah pada proses penghafalan lafadz beserta arti ayat-ayat Al-Qur’an yang diterjemahkan terutama bagi santri atau peserta didik yang sudah berusia dewasa, orangtua atau berusia lanjut, meskipun pada metode ini telah menyediakan kamus lafadz Al-Qur’an dan lembar materi yang berisikan surat Al-Fatihah dan surat Al-Baqarah.

 

F. Contoh Metode PPTQ Safinda

  • Contoh dalam mengetahui atau memahami Al-Qur’an dan menerjemahkan Al-Qur’an menggunakan metode PPTQ Safinda ini telah disediakan media atau sumber pembelajaran yang telah disusun dengan sedemikian rupa sehinga peserta didik dapat dengan mudah untuk memahami dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada media lembar materi ini kata atau tulisan pada setiap ayat Al-Qur’an sudah ditandai dengan warna merah, yang artinya kata tersebut baru dan perlu di hafal oleh santri atau peserta didik dan semakin banyak ayat-ayat atau kata-kata yang dihafalkan dan dipelajari oleh peserta didik maka semakin sedikit pula tanda warna merah tersebut. Dalam contoh kali ini yaitu Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 1-7 dan Al-Baqarah ayat 1-5.

Contoh pada surat Al-Fatihah:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ

صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ ۙ غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡن

          Terdapat makna dan arti kata perkata surat Al-Fatihah pada kamus dan lembar materi yang telah disediakan oleh yayasan program pelatihan terjemah Al-Qur’an metode Safinda ini sebagai berikut :

Dengan nama

بِسْمِ

Allah

اللّٰهِ

Maha pengasih

الرَّحْمٰنِ

Maha penyayang (1)

الرَّحِيْمِ

Segala puji

اَلْحَمْدُ

Bagi allah

لِلّٰهِ

Tuhan

رَبِّ

Semesta alam(2)

الْعٰلَمِيْنَ

Maha pengasih

الرَّحْمٰنِ

Maha penyayang (3)

الرَّحِيْمِ

Yang menguasai

مٰلِكِ

Hari

يَوْمِ

Pembalasan (4)

الدِّيْنِ

Hanya kepada-mu

اِيَّاكَ

(kami) menyembah

نَعْبُدُ

Dan

و

Hanya kepadamu

اِيَّاكَ

(kami) memohon pertolongan (5)

نَسْتَعِيْنُ

Tunjukkanlah kami

اِھْدِنَا

Jalan

الصِّرَاطَ

Yang lurus (6)

الْمُسْتَـقِيْمَ

Jalan

صِرَاطَ

Orang-orang yang

الَّذِيۡنَ

(engkau) beri nikmat

اَنۡعَمۡتَ

Atas mereka

عَلَيۡهِمۡ ۙ

Bukan

غَيۡرِ

Orang yang dimurkai

الۡمَغۡضُوۡبِ

Atas mereka

عَلَيۡهِمۡ

Dan

و

Tidak

لَا

Orang-orang yang sesat (7)

الضَّآلِّيۡ

Kemudia mempelajari surat Al-Baqarah ayat 1-5 , tanda merah pada ayat-ayat itu mulai sedikit, dikarnakan pada surat sebelumnya santri atau peserta didik sudah menghafalkan kata-kata baru dan pada surat selanjutnya kata-kata yang sama dan sudah di hafalkan oleh peserta didik menjadi hitam lagi, berikut adalah contoh lima ayat awal dari surat Al-Baqarah metode PPTQ Safinda : 

 

الٓمٓ

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

 

وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Berikut adalah makna dan arti kata perkata dari surat Al-Baqarah ayat 1-5:

 

Alif lam mim (1)

الٓمٓ

Itu

ذَٰلِكَ

Kitab

ٱلْكِتَٰبُ

Tidak (ada)

لَا

Keraguan

رَيْبَ

Di dalamnya

فِيهِ

Petunjuk

هُدًى

Bagi orang-orang bertaqwa(2)

لِّلْمُتَّقِينَ

Orang-orang yang

ٱلَّذِينَ

(Mereka) beriman

يُؤْمِنُونَ

Dengan yang ghaib

بِٱلْغَيْبِ

Dan (mereka) mendirikan

وَيُقِيمُونَ

Shalat

ٱلصَّلَوٰةَ

Dan dari apa yang

وَمِمَّا

(kami) rezekikan mereka

رَزَقْنَٰهُمْ

(mereka) menginfaqkan (3)

يُنفِقُونَ

Dan orang-orang yang

وَٱلَّذِينَ

(mereka) beriman

يُؤْمِنُونَ

Dengan apa yang

بِمَآ

Diturunkan

أُنزِلَ

Kepadamu

إِلَيْكَ

Dan apa yang

وَمَآ

Diturunkan

أُنزِلَ

Dari

مِن

Sebelahmu

قَبْلِكَ

Dan dengan akhirat

وَبِٱلْءَاخِرَةِ

Mereka

هُمْ

(mereka) menyakini (4)

يُوقِنُونَ

Mereka itu

أُو۟لَٰٓئِكَ

Atas

عَلَىٰ

Petunjuk

هُدًى

Dari

مِن

Tuhan mereka

رَّبِّهِمْ

Dan mereka itu

وَأُو۟لَٰٓئِكَ

Mereka

هُمْ

Orang-orang yang beruntung (5)

ٱلْمُفْلِحُونَ

 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun