Sejak saat itu, Ara'a Cafe bukan hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi, tetapi juga menjadi pusat diskusi dan pembelajaran. Mereka terus mengadakan pertemuan, membahas berbagai topik, dan mengundang pembicara tamu untuk memperkaya wawasan mereka.
 Rahma, Roni, Aziz, dan Rani menyadari bahwa perjalanan mereka tidak hanya tentang kopi dan hadits, tetapi juga tentang saling mendukung dan tumbuh bersama. Mereka berkomitmen untuk terus belajar dan berbagi, menjadikan setiap pertemuan sebagai kesempatan untuk memperdalam pengetahuan dan mempererat persah abatan.
 Dengan semangat yang terus membara, mereka merencanakan untuk mengadakan seminar tentang hadits dan pentingnya verifikasi informasi. Rahma berinisiatif untuk menghubungi beberapa narasumber yang berpengalaman di bidang agama, sementara Rani mulai menyusun materi promosi untuk acara tersebut.
 "Seminar ini bisa menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk belajar dan bertanya langsung kepada para ahli," kata Rani dengan antusias. "Kita bisa mengundang mahasiswa dari kampus-kampus terdekat dan masyarakat umum."
 Roni menambahkan, "Kita juga bisa menyediakan kopi gratis untuk para peserta. Ini akan membuat suasana lebih akrab dan nyaman."
 Aziz setuju. "Kopi bisa menjadi jembatan untuk membuka diskusi. Kita bisa menjelaskan bahwa pengetahuan itu penting, sama seperti menikmati secangkir kopi yang baik."
 Setelah beberapa minggu persiapan, seminar pun terlaksana dengan sukses. Ara'a Cafe dipenuhi oleh peserta yang antusias, dan suasana hangat terasa di setiap sudut. Rahma merasa bangga melihat kafe yang awalnya hanya tempat untuk menikmati kopi kini menjadi pusat pembelajaran.
 Para narasumber memberikan materi yang menarik dan interaktif, menjawab berbagai pertanyaan dari peserta. Roni, yang sebelumnya skeptis, kini menjadi salah satu yang paling aktif bertanya. Ia merasa bahwa seminar ini membuka matanya tentang pentingnya memahami agama dengan benar.
 Di akhir acara, mereka mengadakan sesi diskusi terbuka. Peserta saling berbagi pengalaman dan pandangan, menciptakan suasana yang penuh semangat. Rahma, Roni, Aziz, dan Rani merasa bahwa mereka telah berhasil menciptakan ruang untuk belajar dan berbagi.
 Setelah seminar, mereka merencanakan untuk menerbitkan buku kedua yang berisi ringkasan dari seminar dan panduan praktis untuk memverifikasi hadits. Rani kembali menjadi penulis utama, sementara Roni dan Aziz membantu mengumpulkan informasi dan referensi.
 Proses penulisan buku kedua ini membawa mereka lebih dekat satu sama lain. Mereka sering menghabiskan waktu di Ara'a Cafe, berdiskusi dan menyusun materi. Rahma merasa senang melihat teman-temannya begitu bersemangat dan berdedikasi.