Rani mengangguk. "Aku setuju. Banyak orang yang tidak memeriksa keaslian hadits sebelum menyebarkannya. Ini bisa berbahaya."
 Aziz menambahkan, "Kita harus selalu merujuk kepada ulama atau sumber yang terpercaya. Jangan sampai kita menyebarkan informasi yang salah."
 Rahma mengangguk setuju. "Tapi, aku tetap ingin menikmati kopi ini. Aroma dan rasa kopi selalu membuatku merasa tenang."
 Roni tersenyum. "Dan itu sudah cukup untuk membuat malaikat beristighfar untukmu, bukan?"
 Semua tertawa. Suasana di Ara'a Cafe semakin hangat dengan percakapan mereka. Rahma pun menuangkan kopi ke dalam cangkir dan menyajikannya kepada teman-temannya.
 "Ini dia, kopi spesial dari Ara'a. Semoga aromanya membawa berkah," kata Rahma sambil tersenyum.
 Mereka semua menikmati kopi sambil berdiskusi lebih lanjut tentang hadits dan pentingnya memverifikasi informasi. Roni, yang awalnya skeptis, mulai memahami pentingnya mencari tahu lebih dalam.
 "Jadi, kita harus lebih bijak dalam menerima informasi. Terutama yang berkaitan dengan agama," kata Roni.
 Aziz mengangguk. "Benar sekali. Hadits adalah pedoman hidup kita, jadi kita harus memastikan bahwa kita mengikuti yang benar."
 Rani menambahkan, "Dan jika kita tidak yakin, lebih baik bertanya kepada yang lebih paham. Itu lebih aman."
 Malam semakin larut, dan suasana di Ara'a Cafe semakin hangat. Mereka terus berdiskusi, berbagi cerita, dan menikmati kopi. Rahma merasa bersyukur memiliki teman-teman yang peduli dan saling mengingatkan.