Namaku Bagus, aku adalah mahasiswa  di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Semarang. Akupun juga memiliki Geng yang berjumlah 4 orang yaitu Arga, Rudi dan Bagus yang duduk di semester lima sedangkan Aziz duduk di semester tiga.Â
Kami berempat sangat akrab, kamipun juga bersama dalam sebuah organisasi kemahasiswaan, tepatnya kami aktif di Lembaga Pers Mahasiswa di kampus.
Setiap geng kami berkumpul di kantin belakang kampus, semua anggota teman-temanku saling berbagi rokok, kecuali aku, ya karena aku satu-satunya yang tidak merokok di geng kami.Â
"Kok kamu diam ajah,sih, Gus?" tanya Arga. "Iyah,nih... kak Bagus, kok diam-diam ajah sih?" tanya Aziz. "Nggak kok, aku baik-baik saja." jawabku dengan senyuman. "Oh, ya mungkin kamu diam, karena nggak kebagian rokok,kan ? Nih tak kasih satu !" kata Rudi sambil memberikan rokoknya.
 "Hmmm... Nggak usah, makasih!" tolakku. "Ah.. cemen kamu, jangan munafik to!" seru Arga kesal. "Iya, ah banci kamu.. masak kamu kalah sama Aziz, dia baru semester tiga tapi dia udah merokok! Kamu nggak keren,nih!" ejek Rudi.Â
"Ah.. dasar anak mami kamu Gus.." Kata Arga sambil menepuk pundakku. "Maaf ya teman-teman, saya tidak merokok" Jawabku. Karena tidak mau dipaksa merokok, akupunpergi meninggalkan mereka.
Waktu di jam tangan sudah menunjukan pukul 08.25 WIB. Saatnya, aku, dan mahasiswa kedokteran semester limapun masuk laboratorium Anatomi. Sebelum masuk, seperti biasa, ada inspeksi dari asisten, dan kemudian dilanjutkan dengan Pre Test.Â
Pre test kali ini bisa di bilang berbeda dari biasanya. Tidak biasanya asisten anatomi memberikan pertanyaan kepada setiap praktikan. Tapi, dari sekian banyak praktikan, Alhamdulillah, hanya aku yang dapat menjawab pertanyaan asisten.Â
"Bagus kamu, Gus!" kata mbak kiki memujiku. Tapi aku hanya tersenyum. Sebelum praktikum berakhir, asisten memberikan tugas kepada praktikan mengenai anatomi klinis sistem urogenitalia. Adapun tugas tersebut dikerjakan berkelompok, dan setiap kelompok SGD mendapatkan topik yang berbeda.
Praktikumpun berakhir, jam menunjukan pukul 11.30 WIB, Aku dan teman-temanpun kembali tongkrongan di kantin belakang kampus. Tapi seperti biasanya hanya aku yang tidak merokok.Â
Disela-sela mereka merokok, Rudi bertanya pada teman-temannya. "Hmmm... Kan tadi ada tugas,tuh suruh buat ppt penjelasan sama gambar mengenai Undencencus Testiculorum. Btw tugas kelompok kita itu nanti kita kerjain di mana?" tanya Rudi. "ehhh,,, gimana kalau di rumahku aja, mumpung bapak ibuku lagi keluar kota!" usul Arga.Â
"Iyah,,, aku setuju. Kalau kamu, Gus?" tanya Rudi kepadaku. "Kalau aku sih, terserah kalian saja, kemanapun aku manut." jawabku. Kamipun sepakat bekerja kelompok di rumah Arga.
Malamnya di rumah Arga, "Uh, akhirnya tugas kita selesai juga. Aku cabut dulu,yah!" Kataku sambil berpamitan dengan teman-teman. "Kok, kamu balik duluan sih?" tanya Arga. "Iyah,nih! Kita rokokan,yuk! Mumpung orang tua Arga lagi pergi." ujar Rudi sambil memberikan rokok kepada Arga.Â
"Kita di sinikan bukan buat ngerokok! tapi kerjain tugas!" jawabku sambil berjalan keluar dari rumah Arga sambil menunggu ojek. "Tunggu dulu,! Ah nggak keren,nih! Ayo, ambil rokok ini, entar aku ajarin caranya." kata Arga sambil terus membujuk. "Nggak,,, aku mau pulang!" jawabku tegas. "Itu ada ojek! Aku pergi dulu,yah!" kata Bagus lau berpamitan pada teman-temannya.
Besoknya di kampus, Rudi melihat poster dikampus mengenai pekanilmiah yang diadakan oleh BEM FK, salah satu cabang yang dilombakan adalah membuat posterdan slogan kesehatan. Tak lama kemudian aku dan Arga datang.Â
"Wah bagus nih.. ikutan yuk! mumpung gratis, hadiahnya juga lumayan." kataku sambil melihat posternya. "Hmmm... kita enaknya buat poster apa,yah?" tanya Rudi kepada aku  dan Arga.
 "Aku mau buat poster tentang bahaya rokok, deh!" jawabku. "Eh,,, lagian kita bertiga kan merokok, terus rokokkan juga membuat kita keren, Gus." ujar Arga. "Itu menurut kalian! Yang jelas aku ingin buat itu!" jawabku.
Waktu terus berjalan, dan tibalah saat-saat pengumuman pekanilmiah dalam malam puncak Milad FK, poster buatanku Alhamdulillah sebagai juara 1. "Wah,,, kamu memang kreatif, Semangat ya!" ujar pak dekan kepadaku ketika pemberian ucapan selamat. "Ciee...!" seru teman-temanku  membuat aku tersipu malu saat turun dari panggung.
Tak terasa malam semakin larut, semua teman-teman bergegas menuju parkiran untuk segera pulang. Akupun juga ingin pulang tapi,"Gus tolong besok temui saya di ruangan ya." kata dokter Anik, wakil dekan bidang kemahasiswaan kepadaku. "oh nggih dok, besok pagi saya ke ruangan dokter" jawabku
Esok paginya, aku segera menemui dokter Anik di ruangannya sebelum Skill Lab. "Silahkan duduk, Gus!" kata dokter Anik. "Maaf dok, ada apa,yah,dok memanggil saya?" tanyaku bingung, karena tidak biasanya dokter Anik ingin mengajaknya bicara.Â
"Tadikan slogan kamu juara nih. Apakah kamu ingin mengikuti Temu Ilmiah Nasional, nanti kamu ikut cabangposter ilmiahaja, deadlineenya bulan depan, sainganmu nanti mahasiswa kesehatan Se Indonesia, soalnya sebelum-sebelumnya, kampus kita ndakngirim, gimana?" tanya dokter Anik. Mendengar tawaran tadi, aku senang bukan main.Â
"Iy...iya, dok! Saya mau." jawabku senang.Â
"Okey mulai besok, kamu sudah harus sudah membuat poster,yah!" kata dokter Anik. "Okey, dok, nggih, makasih banyak!" jawabku. "Baiklah,,, kamu sudah boleh keluar sekarang." kata dokter Anik.
Saat keluar dari ruangan, kemudian aku masuk ruang skill lab. "Eh, kenapa tadi kamu di panggil dokter Anik ,sih?" tanya Nurul teman satu angkatanku. "Hmmm... Mau tau aja apa mau tau banget?" jawabku.Â
"Cieee...! pasti ada sesuatu, ehm ehm." kata Nurul. "Kepooo.." sahutku. Tak terasa karena asyiknya mereka mengobrol, dokter Hamid pun datang dan skill lab dimulai.
Hari-hari telah berlalu, tak terasa hari itupun tiba, aku kemudian pergi ke Jogja untuk mengikuti Temu Ilmiah Nasional. Aku berada di sana selama  lima jam untuk presentasi mengenai poster.Â
Ketika aku telah menyelesaikan presentasi perlombaan, akupun kembali ke Semarang. Aku harus mengikuti seleksihari Jumat, untuk bisa maju ke Indonesian Medical Olympiad (IMO) di JakartaNovember nanti. Disana, aku harus mengerjakan soal sebanyak 100 soal untuk cabang Neuropsikiatri dan, Alhamdulillah, aku lolos menjadi salah satu peserta IMO mewakili kampus. Aku sangat senang. Beberapa bulan kedepan, aku akan dibimbing oleh beberapa dokter untuk persiapan IMO November nanti.
Jam dinding menunjukan pukul 13.00 WIB, tidak ada SGD, Kuliah pakar, ataupun skill lab.Akupun mulai di bimbing dokter Edy untuk persiapanku di IMO nanti. Ditengah bimbingan dengan dokter Edy, tiba-tiba dokter Anik datang dan memberitahukan kepadaku bahwa aku mendapat juara 1 lomba poster di Temu Ilmiah Nasional di Jogja lalu. "Alhamdulillah..." jawabku senang.Â
"Kamu juga harus menang di IMO ini,yahGus." kata dokter Edy. "Insya Allah dok.. Saya akan berusaha semaksimal mungkin" jawabku.
Hari-haripun berlalu dengan cepat. Tak terasa bulan Novemberpun datang, dan akuharus berjuang di IMO kali ini untuk membawa nama baik kampus. Aku bertolak ke Jakarta dengan mantap bersama teman-teman delegasi lainnya dan didampingi dokter Yanto.Â
Keesokan harinya, setelah Welcoming Party IMO, akupun masuk ke kelas perlombaan dengan tenang, dan mengerjakan soal dengan teliti dan cermat.
Tahap demi tahap akulalui sampai perlombaan selesai, tibalah saat yang ditunggu,Farrewell Party dan pengumunan pemenang IMO, Alhamdulillah, aku mendapatkan medali perak dalam cabang Neuropsikiatri. Akupun menjadi satu-satunya perwakilan kampus yang mendapatkan juara. Aku hanya bisa tersenyum bangga ketika naik ke panggung dan prosesi penerimaan hadiah dan serasa tak percaya atas keberhasilanku itu.
IMO selesai, aku harus kembali ke Semarang. Semua teman-teman memberikan selamat ketika aku tiba di kampus. "Selamat,yah,Gus!" kata Rudi kepadaku. "Iyah! Hmmm... ngomong-ngomong Arga tidak datang ke sekolah,yah?" tanyaku.Â
"Hmmm...iyah,nih. Dia  lagi sakit." jawab Rudi. "Ngomong-ngomong dia sakit apa,yah?" tanyaku lagi. "PPOK sihKata dokter ya, tau sendirilah PPOK kan karena rokok." jawab Rudi sambil menunduk. "Nanti siang abis kuliah pakar, kita jenguk dia, yuk, kasian loh ya." usulku.
Kuliah pakarpun selesai. Aku dan teman-teman hendak menjenguk Arga. Saat kamiberjalan, kami mendengar bisik-bisik adik tingkat, "Itu yang kemaren menang IMO...,kan?". "Wah,,, kamu keren! Semua orang tau kamu." ujar Rudi.Â
"Hahaha... Betulkan?" kataku. "Apanya yang betul?" tanya Rudi bigung. "Loh iya to, Betulkan,keren tu tidak perlu rokok, bahkan rokok malah buat kita sakit. Kita tuh bisa jadi keren sama prestasi kita, dan itu sama sekali gak merugikan, malah kita jadiuntung!" kataku sambil tersenyum.Â
"Yayayaya...yang menang IMO" kata Rudi tersipu malu. "Makanya jangan ngerokok.." ejekku. Kemudian kamipun saling merangkul.Â
Sejak saat itu Arga, Rudi dan Aziz berhenti merokok dan mereka juga semakin aktif dalam kegiatan kampus dan sering membuat tulisan mengenai bahaya merokok. Akupun bersyukur dengan perubahan tiga temaku itu.Â
Semoga mereka berubah, menjadi lebih baik kedepannya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H