Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Edelweiss Terakhir

30 Oktober 2020   20:23 Diperbarui: 30 Oktober 2020   20:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://inspirasipagi.id/

Esok pagi bersama rombongannya Renata pun turun gunung.  Matanya menangkap sebuah perkemahan, lalu berlari dirinya mendatangi.

"Maaf teman-teman, apakah disini ada yang bernama Raka?" tanya Renata penuh harap.  Tetapi tidak satupun penghuni di kemah itu mengenalnya.  Bahkan hingga sampai turun ke desa, tidak ada lagi perkemahan yang ditemui Renata.

Berjuta perasaan dan pertanyaan mulai berdatangan di kepala Renata.  Lalu siapa Raka yang ditemuinya selama 2 malam diatas itu.  Hanya Luna yang bisa menjawab pikir Renata.

Nggak pakai lama segera setelah sampai di kota, didatangi alamat yang pernah diceritakan Raka.  Sebuah rumah mungil dengan halaman penuh beraneka bunga terlihat begitu asri diantara jajaran rumah beton yang megah.

"Selamat sore mbok, maaf bisa saya bertemu dengan Luna?" tanya Renata kepada seorang wanita setengah baya.

Tak lama tampak seorang gadis cantik berambut sebahu keluar, dan suaranya sangat lembut menyapa Renata.  "Maaf, mbak siapa?  Kata si mbok, mbak cari saya?" tanya gadis itu yang rupanya Luna.  Wow...cantik sekali dia pikir Renata dalam hati.  Beda banget dengan aku yang tomboy habis.

Renata pun lalu diajaknya masuk, dan mereka duduk di teras ditemani teh hangat bikinan si mbok.  "Monggo diminumnya tehnya non," kata si mbok ramah.

"Aku Renata, dan Raka menitipkan ini untuk kamu.  Kami bertemu di Gunung Gede.  Maaf, katanya dia harus lebih lama diatas, jadi ini untuk kamu," jelas Renata sambil memberikan Edelweiss itu ke tangan Luna.

"Dia cowok yang baik, mau mendengarkan cerita aku.  Dia juga cerita banyak hal tentang kamu Lun.  Heheh...rupa-rupanya Raka itu gila mendaki yah?  Tetapi, cuma kamu loh yang dipikirkannnya selama di atas.  Dia cerita banyak tentang kamu, dan kekhawatiran kamu setiap kali dia mendaki.  Heheh...tenang Luna, Raka baik-baik saja," lancar Renata bercerita tetapi tidak ada suara Luna terdengar.

"Kak Raka...Kak Raka... tidak pernah kembali kak.  Kak Raka dinyatakan hilang dalam pendakian 2 tahun yang lalu," suara lirih Luna menahan tangis sambil memegangi Edelweiss dengan erat.  Seolah ada rindu yang menyakitkan tertahan disana.

"Aku sudah melarangnya untuk tidak pergi karena cuaca saat itu tidak baik.  Tetapi Kak Raka ngotot, dan kami bertengkar hebat.  Edelweiss ini adalah janjinya.  Katanya, aku pasti turun dengan Edelweiss ditangan, membuktikan cintaku abadi dan kami akan bertunangan setelahnya.  Kak Raka janji, itu akan menjadi pendakiannya yang terakhir," cerita Luna dalam tangisnya hancur hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun