Pentingnya Menerapkan Berpikir Komputasi Dan Studi Literatur Pada SiswaÂ
1) YahfizhamÂ
2) Desy Pramita  (0305202090)
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
1) yahfizham@uinsu.ac.id
2) desypramitadesy864@gmail.com
Abstrak
Pesatnya perkembangan zaman mengharuskan kita buat bisa berpikir secara komputasi. Berpikir yang dimaksud bukanlah berpikir mirip seperti mesin atau pun robot, melainkan mampu berpikir kritis dalam setiap kesempatan. Dimana diharapkan dapat menggunakan dengan kemampuan mengolah dan menganalisis suatu masalah dengan berpikir komputasi maka kita dapat merampungkan suatu masalah dengan lebih efisien dan optimal, serta dapat membentuk suatu pola solusi yang nantinya akan mempercepat kita dalam melakukan problem solving.Â
Karena definisi dari pandangan Samir (2015) pikiran komputasi sendiri merupakan sebuah cara pemecahan suatu masalah yang pengaplikasiannya melibatkan teknik yang dipakai oleh software engineer dalam menulis program. Dalam hal ini kita tidak dituntut untuk berpikir layaknya komputer namun berpikir dengan teknik memformulasikan masalah dan menyusun solusi. Â
Kata kunci : Berpikir Komputasi, Studi Literatur, Siswa, Teknik, Metode.
PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya zaman yang kian hari semakin pesat, kita semua dihadapkan oleh beberapa pembaharuan inovasi-inovasi terbaru setiap tahunnya. Maka dengan berkembangnya zaman yang begitu pesat pemikiran kita juga harus dikembangkan agar selaras atau seimbang dengan perkembangan zaman dan mampu mengikuti dan menguasai serta menguasai suatu hal yang telah berkembang.Â
Khususnya para siswa dan siswi yang selanjutnya akan menjadi penerus bangsa. Maka harapan kedepan adalah merekalah yang paling bisa menguasai apa itu berpikir secara komputasi (computational thinking).Â
Dimana diharapkan dengan kemampuan memproses dan menganalisis suatu masalah dengan berpikir komputasi maka para siswa dan siswi dapat menyelesaikan suatu masalah dengan lebih efisien dan optimal, serta dapat membentuk suatu pola solusi yang nantinya akan mempercepat para siswa dan siswi dalam melakukan problem solving. Karena definisi berpikir komputasi menurut Samir (2015) sendiri merupakan sebuah cara penyelesaian masalah yang pengaplikasiannya melibatkan teknik yang dipakai oleh software engineer dalam menulis suatu program.Â
Dalam hal ini kita tidak dituntut untuk bisa berpikir layaknya komputer namun berpikir dengan  teknik memformulasikan masalah dan menyusun solusi.
Komputasi sebenarnya dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menemukan suatu solusi masalah dari suatu data yang masuk dengan menentukan suatu algoritme. Hal tersebut sering disebut dengan sebuah teori komputasi, sebagai salah satu cabang dalam ruang lingkup dari ilmu komputer dan matematika. Komputasi juga sering digambarkan oleh kegiatan pengolahan dan kemajuan teknologi komputer, hardware, dan perangkat lunak dari sebuah komputer.Â
Namun jika dihubungkan dengan berpikir komputasi maka kita tidak dituntut untuk beroikir seperti komputer melainkan berpikir dengan memformulasikan masalah dan membuat pola solusii dari permasalahan tersebut sehingga jika pada suatu hari kita dihadapkan dengan suatu masalah dikemudian hari kita sudah tahu suatu pola solusi yang akan kita gunakan untuk menghadapi masalah tersebut.
Computational thinking atau berpikir komputasi adalah sebuah kemampuan yang teramat dibutuhkan dalam menyambangi perkembangan ICT yang sangat laju dan kompleks. Selain dari pada itu, era industri 4.0 juga seakan akan mendesak komputerisasi di berbagai bidang. Namun hal ini, masih belum ramai praktik pembelajaran yang ditujukan untuk tujuan peningkatkan potensi computational thinking bagi para pelajar di Indonesia.Â
Bahkan negara Indonesia sendiri, pembahasan mengenai computitational thinking atau berpikir komputasi masih sangat sedikit. Berpikir komputasi sering sekali dihubungkan dengan desain program, ilmu komputer, kursus desain robot dan juga biologi. Sehingga hanya sedikit dari mereka  yang tahu apa itu berpikir secara komputasi.Â
Bahkan jika kita menggali lebih dalam dan cakap dalam menguasai berpikir komputasi maka akan banyak sekali pekerjaan kita yang akan terbantu, karena dengan adanya pemikiran komputasi ini maka kita dapat membuat pola solusi sehingga suatu masalah bisa diselesaikan dengan efisien dan optimal, sehingga suatu pekerjaan atau masalah dapat diselesaikan dengan lebih optimal dan cepat.Â
Begitu banyak manfaat dari berpikir secara komputasi sehingga sayang rasanya jika di zaman atau era digital ini kita masih belum menguasai atau bahakan belum paham mengenai pemikiran ini.
STUDI LITERATURÂ
Zaman yang sudah berkembang ini sangat membutuhkan masyarakat-masyarakat yang bisa berpikir dengan melihat kedepan. Kehidupan pribadi juga memerlukan keahlian berpikir yang baik, dan desakan hidup serta kesempatan di masa depan dapat lebih rumit dan menuntut keahlian berpikir yang bahkan mesti lebih baik lagi kedepannya. Dalam dunia usaha dan profesional, kemampuan berpikir dengan baik adalah sesuatu keharusan agar kika tetap bertahan dalam kesuksesan dan dalam segala persaingan.
Indonesia sekarang ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana teknologi telah merasuk bagian yang khusyuk didalam kehidupan manusia. Namun jika kita melihat negara lain contohnya Jepang mereka malah telah bersiap untuk memasuki era revolusi industri 5.0 dunia memang lagi gencar-gencarnya meningkatkan perkembanagan di bidang teknologi, menurut Satya (2018) yang diambil dalam jurnal "Berpikir Kritis dan Komputasi: Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar" oleh Windi Fitriani, dkk, mengemukakan bahwa di tahun 2030 mendatang, digadang-gadang 800 juta lapangan kerja akan hilang yang diakibatkan revolusi dalam bidang industri ini.Â
Menyambangi keadaan yang ramai dengan tantangan tersebut, pendidikan sebagai zona yang fundamental dalam pembangunan generasi perlu responsif dan cakap dalam memilih langkah strategis yang tepat dengan kebutuhan perkembangan zaman.
Pemikiran komputasi melalui suatu metodologi sangat penting bagi siswa untuk memahami untuk membantu siswa dan siswa dengan mengatur jawaban untuk masalah yang sulit. Di mana kemampuan berpikir kritis yang kompleks dan kemampuan penalaran yang menentukan adalah dua kemampuan paling signifikan yang dibutuhkan di masa depan sesuai dengan World Economic Forum. Dengan mendominasi kemampuan ini, siswa dapat lebih siap untuk bertahan dan bersaing mulai dari sekarang, memiliki pikiran kritis tidaklah muncul secara otomatis melainkan perlu ditanamkan lewat penyuluhan keahlian-keahlian ekslusif yang diberikan lewat kegiatan pembelajaran.
Selain dengan berpikir secara kritis siswa dan siswi diharuskan memiliki skill yang lain di era serba serbi komputer ini yaitu kemampuan untuk berpikir secara komputasi. Hal ini digadang-gadang dapat membantu dalam memajukan pendidikan di suatu negara. Tak ayal Indonesia sangat membutuhkan pembaharuan dalam berpikir, maka hal ini harus dimulai dari para pelajar sebagai penerus kemajuan bangsa. Siswa dan siswi sebisa mungkin dan sedini mungkin seharusnya sudah dikenalkan dengan apa itu berpikir komputasi tak lain dan tak bukan hal itu juga seagai bekal mereka kelak ketika dewasa agar mereka terlatih untuk menyelesaikan masalah dengan berpegang pada pola pikir komputasi.
Pengetahuan atau ilmu yang dilihat dari objek sumbernya dikenal dengan ilmu fisika, ilmu pengetahuan alam, ilmu topografi, dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan juga dapat dipesan berdasarkan teknik utama yang digunakan. Secara khusus pemahaman menjadi persepsi atau percobaan (ilmu observasi/eksplorasi), ilmu hipotetis (ilmu hipotetis), dan ilmu komputasi (ilmu komputasi). Ini adalah struktur terbaru yang dikembangkan bersamaan dengan peningkatan kekuatan eksekutif di PC dan kemajuan prosedur strategi matematika dan teknik komputasi lainnya.
Komputasi sebenarnya bisa diartikan sebagai metode untuk mendapatkan pemecahan masalah dari data yang masuk dengan memakai suatu algoritme. Hal tersebut sering disebut dengan teori komputasi, suatu bagian bidang dari ilmu komputer dan matematika. Komputasi juga sering diartikan dengan aktivitas pemakaian dan pengembangan teknologi komputer, perangkat keras, dan perangkat lunak komputer.Â
Namun jika dikaitkan dengan berpikir komputasi maka kita tidak dituntut untuk beroikir seperti komputer melainkan berpikir dengan memformulasikan masalah dan membuat pola solusii dari permasalahan tersebut sehingga jika kita dihadapkan dengan suatu masalah dikemudian hari kita sudah tahu suatu pola solusi yang akan kita gunakan.
Berpikir secara komputasi sendiri harus dimiliki oleh penerus bangsa khusunya siswa dan siswi atau mereka yang terpelajar karena mereka merupakan harapan maju nya suatu bangsa. Berpikir komputasi tidak hanya menyelesaikan masalah terkait ilmu komputer saja, melainkan juga bertujuan menyelesaikan beragam masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang berpikir secara komputasi mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan efisien dan optimal.Â
Berbeda halnya dengan mereka yang tidak berpikiran komputasi. Mereka akan meraba dahulu suatu permasalahan dan jarang dari mereka yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan efisien dan optimal. Karena mereka yang berpikir komputasi memiliki pola solusi nya masing-masing sehingga mereka akan sangat terbantu dengan pemikirannya.
METODOLOGI
Pentingnya menerapkan berpikir komputasi dan studi literatur pada siswa menjadi acuan terpenting dalam penelitian kali ini. Dalam penelitian ini penulis memutuskan untuk menggunakan jenis metode penelitian berupa studi literatur. Â Studi literatur sendiri merupakan rangkaian pekerjaan yang berkekaitan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah materi penelitian.Â
Dimana metode ini dikembangkan dengan mencari referensi dari landasan teori yang memiliki keterkaitan dengan kasus atau permasalahan yang sedang diteliti. Metode studi literaatur ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan buku-buku karya penulis yang telah terakreditasi dengan baik karya akademisinya, jurnal-jurnal ilmiah yang telah terakreditasi dan juga dengan mengulas sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya.Â
Artikel ini sangat menomor satukan pembaharuan, sehingga sebagian besar artikel dan buku yang dijadikan sebagai bahan rujukan merupakan terbitan 11 tahun terkahir dan merupakan jurnal yang sudah terakreditas kualitas dan ketepatan informasi datanya. Pada artikel ini penulis lebih menitikberatkan penelitian pada berpikir komputasi, yang selanjutnya dikembangkan dan digunakan sebagai rujukan dalam pembuatan pentingnya menerapkan berpikir komputasi dan studi literatur pada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Berpikir KomputasiÂ
PISA (Programme for International Student Assessment)yang merupakan studi yang dilaksanakan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang dengan diselenggarakannya hal ini bertujuan untuk menguji sistem pendidikan dengan global setiap tiga tahun sekali. Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh PISA pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke-7 dari bawah dalam hal yang terkait dengan membaca, matematika dan sains (scheleicher, 2019).
 Hal ini membuktikan bahwa keterampilan matematis, pengolahan masalah serta penalaran atau pemahaman yang dimiliki siswa di Indoneisa masih tergolong sangat rendah.Â
Padahal statusnya matematika merupakan cabang ilmu pendidikan yang memiliki kebutuhan yang sangat penting bagi siswa, sehingga mata pelajaran matematika ini dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar bahkan mencapai pendidikan tinggi pun masih dipelajari. OECD mengenai PISA 2021 sendiri membuat atau menciptakan kerangka kerja yaitu keterampilan berpikir komputasi yang kiranya nanti akan menjadi suatu asesmen atau acuan PISA dalam mengambil keputusan dalam hal penilaian.
Istilah berpikir komputasi kali pertama dikemukakan oleh Seymour Papert Pada awalnya istilah Computational Reasoning atau Computational thinking dikemukakan oleh Seymour Papert (1980) dalam bukunya "Mindstorm". Saat itu, Papert memusatkan perhatian pada dua subjek komputasi: pertama, bagaimana menggunakan pemrosesan untuk menghasilkan informasi baru, dan kedua, bagaimana menggunakan PC untuk mendorong penalaran dan mengubah contoh jalan masuk ke pengalaman.Â
Kemudian, pada saat itu, J. M. Wing mendorong perubahan metodologi dan pertimbangan baru mengenai penalaran komputasional. S. Papert menggabungkan penalaran komputasional dan metode pembelajaran terkomputerisasi melalui cara mutakhir untuk menghadapi sekolah yang didominasi oleh Jean Piaget. J. Piaget adalah seorang klinisi formatif yang paling populer sebagai otak di balik hipotesis pembelajaran yang dikenal sebagai konstruktivisme; Jadi, cara siswa membangun informasi baru untuk mereka, melalui hubungan pertemuan mereka dengan pertemuan masa lalu. S. Papert mendorong hipotesis konstruktivisme, menggambarkan kemungkinan bahwa pembelajaran ditingkatkan ketika siswa mengambil bagian dalam "membangun contoh yang berharga".
Yang selanjutnya dipopulerkan oleh Jaenetten Wing pada tahun 2016.. Jeanette M. Wing menganggap penalaran komputasional sebagai alasan yang mungkin untuk kemampuan ilmiah yang sama seperti membaca komposisi, membaca, dan berhitung.Â
Penyusunan ini sambut oleh masyarakat umum di semua tingkatan, khususnya di tingkat sekolah K-12 (SD-SMA), yang sepenuhnya penuh perhatian dan persuasif dalam pergantian peristiwa dan karakter anggota yang bermanfaat. Karya J. M. Wing didistribusikan dalam Diary of Correspondence ACM pada tahun 2006. Pandangan komputasional dapat dicirikan sebagai siklus penalaran untuk menangani masalah dengan membedakan, membedah, dan melakukan pengaturan yang kuat, ideal, dan produktif. Sederhananya, dapat kita maksudkan adalah kapasitas untuk mengatasi suatu isu atau isu untuk mendapatkan jawaban dengan sukses dan ideal.Â
Keterampilan berhitung dapat mendorong siswa untuk belajar secara efektif dan mandiri. Dalam penalaran komputasional, siswa diarahkan untuk membuat masalah menjadi masalah yang lebih sederhana. Kemudian, siswa melacak contoh dan menggunakannya untuk melacak jawaban atas kekhawatiran mereka. Pengaturan itu sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik untuk mengatasi masalah di masa depan (Barchas-lichtenstein et al., 2020). Pada akhirnya, berpikir komputasi dapat membuat pengaturan yang berisi teknik umum dan dapat digunakan dalam pemecahan masalah baru.
Penalaran komputasi seperti yang ditunjukkan oleh Masyarakat Global untuk Instruksi Inovasi dan Afiliasi Instruktur Rekayasa Perangkat Lunak adalah "kapasitas untuk mengatasi masalah yang memenuhi kualitas yang menyertainya, khususnya: memecahkan masalah ke dalam struktur yang dapat diselesaikan dengan bantuan PC, membedah dan mengoordinasikan informasi secara konsisten, menggambarkan informasi secara konseptual menggunakan model atau pertunjukan, melacak pengaturan hanya melalui kemajuan algoritme, membedakan, memeriksa, dan melaksanakan pengaturan yang paling mahir dan sesuai, dan merangkum proses berpikir kritis menjadi lebih Keteladanan yang luas Keteladanan ini bila dimiliki seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam menangani masalah yang kompleks, tabah dalam menangani masalah yang menyusahkan, peka dalam mengelola ketidakpastian, dapat menangani masalah dengan masalah yang terbuka, dan siap bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan.
Sesuai pandangan Samir (2015), penalaran komputasional adalah pendekatan untuk menaklukkan masalah yang penerapannya mencakup metode yang digunakan oleh pemrogram komputer dalam merekam program.Â
Berpikir komputasi tidak bermaksud untuk mengambil pola pikir yang sama seperti PC, melainkan untuk berpikir bagaimana komputasi di mana seseorang didorong untuk mengumpulkan masalah sebagai masalah komputasi dan mengumpulkan pengaturan komputasi yang tepat (sebagai perhitungan) atau masuk akal mengapa pengaturan yang masuk akal tidak ditemukan.
Sementara itu Ioannidou merangkum teknik berpikir komputasi dalam 4 teknik yaitu :
- Dekomposisi (Decomposition): keahlian untuk memecah tugas (masalah) kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang lebih rinci. Misalkan memecah 'kopi susu' berdasarkan komponen penyusunnya : kopi, gula, susu dan air panas.
- Pengenalan pola (Pattern Recognition): keahlian untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan umum yang kiranya akan membantu dalam merancang prediksi.
- Generalisasi pola dan abstraksi (Abstraksi): keahlian memilah informasi yang tidak dibutuhkan dan mengundang generalisasi dari informasi yang diinginkan sehingga seseorang bisa menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah yang sama.
- Perancangan algoritma (Algorithm): suatu keahlian untuk merakiit langkah-langkah penyelesaian masalah.Â
Sedangkan indikator berpikir komputasi menurut (CSTA, 2011) adalah:
- Dapat membuat pemecahan masalah menggunakan komputer atau perangkat lain.
- Mampu melakukan pengorganisasian dan menganalisis suatu data.
- Mampu melakukan representasi suatu data melalui abstraksi dengan suatu model atau peragaan.
- Mampu melakukan kecepatan solusi melalui pola berpikir algoritma.
- Mampu melakukan identifikasi, analisa dan implementasi solusi dengan berbagai kombinasi langkah/cara dan sumber daya yang efisien dan efektif.
- Mampu melakukan generalisasi solusi untuk beragam masalah yang berbeda.
Suatu metode pemecahan masalah yang sangat besar cakupannya merupakan definisi dari berpikir komputasi. Hal ini mengharuskan seseorang khususnya siswa dan siswi sebagai penerus bangsa dan juga sebaga harapan bangsa untuk berpikir secara komputasi. Luasnya pengaruh kemampuan berpikir komputasi dalam banyak penelitian dan kajian telah dilakukan oleh banyak ilmuan. Keahlian berpikir komputasi dapat mengembangkan pendidikan kritis dan reflektif, mengubah metode berpikir seseorang lebih merinci, meningkatkan keahlian bernalar, keahlian menyelesaikan suatu masalah, kemajuan belajar.Â
Namun demikian, dari berbagai banyak kajian mengenai computational thinking, cuman sedikit yang membahas penilaian kemampuan berpikir komputasi yang efektif dan efisien.Â
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah metode penilaian komprehensif dan fundamental supaya pengukuran keahlian berpikir komputasi dengan efektif dan efisien supaya nantinya bisat digunakan sebagai tujuan penilaian di beragam disiplin ilmu yang mengulas secara khusus keahlian berpikir komputasi dengan efektif dan efisien supaya kedepannya dapat dipakai sebagai acuan penilaian di beragam disiplin ilmu yang mengulas dengan khusus keahlian berpikir komputasi khususnya apabila dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam penyelesaian masalah.
- Penerapan Berpikir Komputasi Pada SiswaÂ
Penalaran komputasional atau biasa disebut CT adalah keahlian penting yang harus digerakkan oleh semua orang di abad ke-21 saat ini. Hal ini ditampilkan untuk menghadapi masa perkembangan modern 4.0, bahkan di berbagai negara mereka telah menyiapkan diri untuk mengundang pembaruan, khususnya masa rekonstruksi 5.0 dimana setiap kebutuhan manusia dapat dilengkapi akibat menggunakan mesin tanpa menggunakan tenaga manusia.Â
Menghadapi zaman yang semakin maju, tentunya SDM harus lebih cerdas dari mesin atau PC itu sendiri. Jika tidak diatur seperti yang diharapkan, banyak orang bisa menjadi pengangguran karena tidak memiliki kemampuan inovatif yang memadai. Individu yang dapat berpikir secara komputasional tidak berarti hanya menjadi seorang ahli perangkat lunak. Melainkan dapat dapat diterapkan di semua bidang, di mana individu yang memiliki kapasitas ini dapat lebih efektif mengatasi masalah total karena mereka dapat melibatkan PC atau mesin dalam menanganinya.
Dalam kaitannya dengan sekolah dan siswa edukasi komputasi atau computational thinking ini dibutuhkan diberikan dalam bentuk yang unik dan menyenangkan guna menarik perhatian siswa dan siswa pun ingin mempelajarinya. Pada tahun 2012, program pendidikan publik Inggris mulai memperkenalkan rekayasa perangkat lunak atau Software engineering (CS) kepada mahasiswa. Di Singapura, sebagai komponen dari penggerak "Negara Cerdas", menyebut peningkatan CT sebagai "kapasitas publik".Â
Banyak negara yang berbeda, dari Finlandia hingga Korea Selatan, Cina hingga Australia dan Selandia Baru, telah menghabiskan banyak upaya untuk menghadirkan CT di sekolah-sekolah, berbagai program pendidikan CS baru atau mengoordinasikannya ke dalam mata pelajaran yang ada. Di AS, Presiden Barack Obama sebelumnya meminta semua siswa K-12 (dasar hingga sekolah menengah) untuk dilengkapi dengan kemampuan CT sebagai bagian dari drive "Rekayasa Perangkat Lunak untuk Semua" pada tahun 2016.
Selanjutnya adalah ilustrasi penerapannya dalam pelatihan. Pada saat mahasiswa diberikan suatu permasalahan, khususnya habisnya sumber-sumber daya minyak bumi (sumber energi fosil) di dunia ini, dimana mahasiswa diuji untuk membuat sumber energi pilihan yang sebanding dengan keadaan lingkungan sekitar. Pendidik memberikan contoh-contoh bagaimana membuat "Bahan Bakar Nabati dengan Jarak Pagar" dan "Pengubahan Energi Sampah Plastik Menjadi Sumber Energi Pilihan dengan Pirolisis" kepada mahasiswa sebagai salah satu rangkaian sederhana yang dapat dibuat.
Kemudian, pendidik meminta siswa memahami cara pembuatannya, khususnya dengan mencari tahu tentang perubahan zat dalam pemurnian dan mencari tulisan di internet tentang alat dasar pirolisis. Ketika siswa dibagikan untuk membuat alat pirolisis, siswa harus memahami cara membuatnya, mengkarakterisasi bagian-bagiannya dan memahami bagian-bagian dan siklus secara langsung dan ini adalah interaksi yang disebut peluruhan dalam penalaran komputasi.
Selain itu, siswa akan memahami contoh tersebut dengan membedakan perbandingan kemampuan penyuling dalam pirolisis dan bagian-bagiannya, mencari persamaan dengan peralatan dasar yang dapat dilacak di lingkungan umum.Â
Bagian ini disebut Pengenalan Pola dalam penalaran komputasi. Kemudian, siswa dipersilakan untuk mengembangkan rencana berdasarkan pemikiran mereka sendiri dengan beralih ke model yang telah diperkenalkan oleh guru tentang perangkat pirolisis sederhana. Penggunaan barang bekas, strategi penanganan dan pengembangannya akan ditangani oleh sudut pandang siswa. Pada tahap ini mahasiswa akan membuat gambar denah dari denah alat pirolisis tersebut. Interaksi ini dikenal sebagai periode Abstraksi penalaran komputasi.
Contoh lainnya yaitu budidaya ikan lele. Mereka harus mengerjakan budidaya ikan lele dalam ember (budikdamber). Para siswa dituntut mengerti cara berbudidaya ikan lele dalam ember, kemudian mereka menyatukan bahan bakunya. Langkah selanjutnya para murid akan bersiap untuk melaksanakan budidaya terstruktur dengan rangkaian yang dirancang. Saat pembudidayaan ikan lele dalam ember, murid wajib mencadangkan ikan lele, ember, air dan lain sebagainya yang syarat itu adalah sebuah proses bernama dekompoisi. Dekomposisi adalah proses dimana bakteri dan jamur berproses untuk memecah organisme mati menjadi senyawa yang sederhana. Yang hasilnya kemudian akan diserap dan digunakan tanaman untuk menyelesaikan perjalanan hidupnya. Dengan cara ini maka siswa akan belajar dengan menyusun tahap-tahap didalam penyelesaian masalah supaya masuk akal, berurutan, teratur, dan mudah untuk dipahami oleh orang lain.
mudah untuk dipahami oleh orang lain.
Kemudian, pada saat ini, Computational Thinking akan secara menyeluruh mempertimbangkan perhitungan di mana kita mempertimbangkan dengan seksama suksesi dalam menangani masalah sehingga tampak sah, berurutan, disengaja, dan mudah dipahami oleh orang lain. Dalam membuat alat pirolisis, para siswa ditekan untuk dapat mengatur tahap-tahap yang bijaksana, teratur, dan pasti mulai dari sistem dasar pembuatan alat ini hingga cara kerja alat ini.
Perspektif Computational Thinking sebagai sebuah metodologi sangat penting untuk dipelajari siswa untuk membantu mereka mengatur penanganan masalah yang membingungkan. Di mana pemikiran kritis yang kompleks dan kemampuan penalaran yang tinggi adalah dua manfaat paling signifikan yang dibutuhkan di masa depan sesuai Forum Ekonomi Dunia. Dengan memiliki kemampuan ini, siswa akan lebih siap untuk bertahan dan bersaing mulai sekarang, di masa di mana beberapa panggilan yang ada bisa hilang dan masa di mana panggilan baru muncul.
Dengan penerapan pola pemikiran ini dalam kegiatan pendidikan kiranya mampu memajukan dan memberdayakan setiap insan manusia, serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan dapat menyiapkan atau menempah mental serta potensi diri siswa dan siswi menjadi siswa dan siswi yang kompeten.Â
Jika siswa sedari dini sudah dibiasakan untuk selalu berpikir kritis maka mereka pun akan mudah untuk mengikuti PISA (Progamme for International Student Assesment) tak luput pula mereka akan terbiasa apabila mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) sehingga para murid tidak akan kesulitan lagi dalam mengerjakan soal yang menuntut keahlian dalam berpikir tingkat tinggi. Sehingga kedepan hasil yang didapatkan oleh para siswa dan siswi pun akan memuaskan.
Konsolidasi pendekatan pemikiran komputasi dengan pembelajaran menekankan kreativitas para pendidik didalam merangkai pelajaran supaya nantinya menjadi lebih berarti dan berguna. Keahlian mempergunakan pembaruan pembelajaran seperti ini wajib disebar luaskan ke penjuru sistem pendidikan di penjuru Indonesia supaya anak didik atau generasi penerus Indonesia nantinya mampu berdaya saing di masa depan. Saling berkerjasama dengan menebarkan inspirasi dan meluaskan berita praktik yang tepat penerapan pembelajaran pemikiran komputasi di Indonesia.Â
Dewasa ini kita sadari bahwa pentingnya Computstional  thinking akan sangat bagus apabila cara berpikir seperti ini sudah diperkenalkan, diterapkan dan dilatih sejak dalam dunia pendidikan pada tingkat sekolah dasar, dengan harapan siswa dan siswi sedari dini sudah terbiasa dengan pola pikir komputasional ini dan dapat menyiapkan potensi mereka untuk menjalani berbagai bidang profesi di masa mendatang.
KESIMPULANÂ
Computational thinking atau berpikir komputasi adalah sebuah keahlian yang sangat diperlukan untuk menghadapi perkembangan ICT yang sangat laju dan kompleks. Penalaran komputasi menurut perspektif Masyarakat Internasional untuk Pendidikan Teknologi (ISTE) dan Asosiasi Guru Ilmu Komputer (CSTA) adalah "kapasitas untuk mengatasi masalah yang memenuhi kualitas yang menyertainya, khususnya: mencari tahu masalah ke dalam struktur yang dapat diselesaikan memanfaatkan bantuan PC; memecah dan memilah informasi secara konsisten; menggambarkan informasi secara teoretis menggunakan model atau peragaan ulang; melacak pengaturan dengan cepat melalui cara algoritmik; mengenali, memeriksa, dan melakukan pengaturan yang paling mahir dan berhasil; dan meringkas siklus berpikir kritis ke tingkat yang lebih luas.
Metode penalaran Pemikiran komputasi melalui suatu metodologi sangat penting bagi siswa untuk memahami untuk membantu siswa dan siswa dengan mengatur jawaban untuk masalah yang sulit. Di mana pemikiran kritis yang kompleks dan kemampuan penalaran yang menentukan adalah dua kemampuan paling signifikan yang dibutuhkan di masa depan sesuai dengan World Economic Forum. Dengan mendominasi kemampuan ini, siswa dapat lebih siap untuk bertahan dan bersaing mulai dari sekarang, dalam periode di mana beberapa panggilan yang ada mungkin hilang dan saat di mana panggilan baru muncul.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Augie, Kintan Tyara, Nanang Priatna. (2021). Penggunaan Podcast Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Komputasi Siswa Selama Gangguan Pandemi. Jurnal Didactical Mathematics. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (3)1, 41-47.
Ansori Miksan. (2020). Pemikiran Komputasi (Computational Thinking) dalam Pemecahan Masalah.I Kediri: IAIFA Kediri. Â
Busrah Zulfiqar. (2019). Buku Ajar Matematika Komputasi Berbasis Pemrograman Matlab.IAIN Parepare.
Danindra, Lintang Sekar. (2020). Proses Berpikir Komputasi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Pola Bilangan Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin. Surabaya: UNESA.
Fajri, Muhammad, Yurniwati, Erry utomo. (2019). Computational Thinking, Mathematical Thinking Berorientasi Gaya Kognitif Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Dinamika Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 1-18.
Fauji, Tri, Pinta Deniyanti Sompoerno, Lukman El Hakim. (2022). Penilaian Berpikir Komputasi Sebagai Kecakapan Baru Dalam Literasi Matematika. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Fitriani Windi, Suwarjo, Muhammad Nur Wangid. (2021). Berpikir Kritis dan Komputasi: Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 9(2): 234-242.
Hamdi, Rafi. (2022). Pentingnya Mengajarkan computational Thinking Di Sekolah Indonesia. Retrieved: 2022. https://edukasi101.com/pentingnya-mengajarkan-computational-thinking-di-sekolah-indonesia/ diakses pada: 25 Juni 2022
Lestari, Ayu Chinintya, dkk. 2020. Proses Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah  PISA Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Komputasi. Jember: IAIN Jember.
Malik, Syaeful, dkk. 2018. Peningkatan Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa Melalui Multimedi Interaktif Berbasis Model Quantum Teaching and Learning. Bandung: UPI.
Mauliani, Annisa. Peran Penting Cmputational Thinking Terhadap Masa Depan Bangsa Indonesia. Jurnal Informatika dan Bisnis. Jakarta Utara: Kwik Kian Gie School of Business. 2301-1970.
Mufidah Imroatul. (2018). Profil Berpikir Komputasi Dalam Menyelesaikan Bebras Task Ditinju Dari Kecerdasan Logis Matematis Siswa. Surabaya: UINSA.
Nafi'an, Muhammad Ilman. (2016). Analisis Berpikir Konseptual, Semikonseptual dan Komputasional Siswa SD Dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika (JP2M). Tulungagung: STKIP PGRI. (2)2, 72-78.
Nurhayati, Ai Siti, Usman Aripin. (2020). Students Thinking Process In Solving The Problem Of Social Arithmetic Stories Test Based On Gender. Jurnal Matematika dan Pembelajaran. Cimahi: Jl. Terusan Jendral Sudirman. (8)1, 103-113.
Nurmuslimah, Hilda. (2019). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Soal Berbasis Kebudayaan Islam dan Computational Thinking. Prosiding Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami. (3)1, 78-84.
Sa'diyyah, Fadhilah Nur, Sitti Mania, Suharti. (2021). Pengembangan Instrumen Tes Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Komputasi Siswa. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif. Â Makassar: UIN Alauddin Makassar. (4)1, 17-26. Â
Tresnawati, Dewi, dkk. (2020). Membentuk Cara Berpikir Komputasi Siswa Di Garut Dengan Tantangan Bebras. Garut: ITG.
Umar.A,Suwardi, dkk. (2018). Pembelajaran Inovatif Kisah Inspiratif Guru Madrasah Indonesia. Â Pena Indis. Kementerian Agama RI.
Wijanto, Maresha Caroline, Robby Tan, Sandy Ferdian Sujadi, dkk. (2021). Implementasi Computational Thinking Melalui Pemrograman Visual dengan Kolaborasi Mata Pelajaran Pada Siswa Menengah Atas. Prosiding Sendimas VI. Bandung: Maranatha. 50-55.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H