Mohon tunggu...
DESY PRAMITA
DESY PRAMITA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Saya merupakan seorang pelajar di UINSU, memiliki hobi membaca, menonton, dan saya suka dengan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Menerapkan Berpikir Komputasi dan Studi Literatur pada Siswa

29 Juni 2022   17:48 Diperbarui: 29 Juni 2022   18:01 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

METODOLOGI

Pentingnya menerapkan berpikir komputasi dan studi literatur pada siswa menjadi acuan terpenting dalam penelitian kali ini. Dalam penelitian ini penulis memutuskan untuk menggunakan jenis metode penelitian berupa studi literatur.  Studi literatur sendiri merupakan rangkaian pekerjaan yang berkekaitan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah materi penelitian. 

Dimana metode ini dikembangkan dengan mencari referensi dari landasan teori yang memiliki keterkaitan dengan kasus atau permasalahan yang sedang diteliti. Metode studi literaatur ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan buku-buku karya penulis yang telah terakreditasi dengan baik karya akademisinya, jurnal-jurnal ilmiah yang telah terakreditasi dan juga dengan mengulas sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. 

Artikel ini sangat menomor satukan pembaharuan, sehingga sebagian besar artikel dan buku yang dijadikan sebagai bahan rujukan merupakan terbitan 11 tahun terkahir dan merupakan jurnal yang sudah terakreditas kualitas dan ketepatan informasi datanya. Pada artikel ini penulis lebih menitikberatkan penelitian pada berpikir komputasi, yang selanjutnya dikembangkan dan digunakan sebagai rujukan dalam pembuatan pentingnya menerapkan berpikir komputasi dan studi literatur pada siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Berpikir Komputasi 

PISA (Programme for International Student Assessment)yang merupakan studi yang dilaksanakan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang dengan diselenggarakannya hal ini bertujuan untuk menguji sistem pendidikan dengan global setiap tiga tahun sekali. Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh PISA pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke-7 dari bawah dalam hal yang terkait dengan membaca, matematika dan sains (scheleicher, 2019).

 Hal ini membuktikan bahwa keterampilan matematis, pengolahan masalah serta penalaran atau pemahaman yang dimiliki siswa di Indoneisa masih tergolong sangat rendah. 

Padahal statusnya matematika merupakan cabang ilmu pendidikan yang memiliki kebutuhan yang sangat penting bagi siswa, sehingga mata pelajaran matematika ini dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar bahkan mencapai pendidikan tinggi pun masih dipelajari. OECD mengenai PISA 2021 sendiri membuat atau menciptakan kerangka kerja yaitu keterampilan berpikir komputasi yang kiranya nanti akan menjadi suatu asesmen atau acuan PISA dalam mengambil keputusan dalam hal penilaian.

Istilah berpikir komputasi kali pertama dikemukakan oleh Seymour Papert Pada awalnya istilah Computational Reasoning atau Computational thinking dikemukakan oleh Seymour Papert (1980) dalam bukunya "Mindstorm". Saat itu, Papert memusatkan perhatian pada dua subjek komputasi: pertama, bagaimana menggunakan pemrosesan untuk menghasilkan informasi baru, dan kedua, bagaimana menggunakan PC untuk mendorong penalaran dan mengubah contoh jalan masuk ke pengalaman. 

Kemudian, pada saat itu, J. M. Wing mendorong perubahan metodologi dan pertimbangan baru mengenai penalaran komputasional. S. Papert menggabungkan penalaran komputasional dan metode pembelajaran terkomputerisasi melalui cara mutakhir untuk menghadapi sekolah yang didominasi oleh Jean Piaget. J. Piaget adalah seorang klinisi formatif yang paling populer sebagai otak di balik hipotesis pembelajaran yang dikenal sebagai konstruktivisme; Jadi, cara siswa membangun informasi baru untuk mereka, melalui hubungan pertemuan mereka dengan pertemuan masa lalu. S. Papert mendorong hipotesis konstruktivisme, menggambarkan kemungkinan bahwa pembelajaran ditingkatkan ketika siswa mengambil bagian dalam "membangun contoh yang berharga".

Yang selanjutnya dipopulerkan oleh Jaenetten Wing pada tahun 2016.. Jeanette M. Wing menganggap penalaran komputasional sebagai alasan yang mungkin untuk kemampuan ilmiah yang sama seperti membaca komposisi, membaca, dan berhitung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun