Status atau urutan kelahiran anak-anak (anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak tunggal).
Jenis kelamin anak-anak. (anak laki-laki lebih di senangi Ibu sedangkan anak wanita lebih di senangi Bapak).
Perbedaan rupa lahir anak-anak. (yang cantik, yang manis, yang cacat, yang kurang manis dll).
Kecenderungan orang tua untuk menerapkan pengalaman pahit mereka terhadap anak-anak (misalnya pengalaman sengsara waktu bersekolah dulu, ingin di terapkan pada anak-anak mereka).
Khususnya pada pemberian nama marga. Karena pemberian nama pada anak-anak menurut nama leluhur tertentu yang di kasihi dan di hormati orang tua (misalnya, anak yang diberi nama menurut nama ayah dari ibu, lebih dimanja).
Kepada semua orang tua yang selalu memperlakukan anak-anak mereka karena hal-hal tersebut diatas, teori paedagogik hanya memperingatkan bahwa anak-anak itu adalah suatu anugerah Tuhan dan mereka semua (baik sulung, atau bungsu, laki-laki atau perempuan, manis atau buruk/cacat) adalah anak-anakmu sendiri. Oleh karena itu perlakukanah mereka secara adil dan penuh kasih sayang serta kelembutan
Sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah rumah  tangga. Oleh karena itu sekolah harus melengkapi dan meningkatkan serta menambah aspek-aspek pendidikan dari rumah tangga; baik pendidikan moral, pengetahuan maupun keterampilan.  Adalah suatu kesalahan besar, manakala sekolah mempertentangkan kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan di rumah dan di sekolah. Ingatlah bahwa pemegang saham dari pada sekolah adalah orang tua dan masyarakat. Itulah sebabnya Ovide Decroly selalu menyerukan agar, "lecole par lavie pour lavie" (sekolah dari masyarakat dan untuk masyarakat.
Untuk itu, seperti yang di katakana oleh Waskito Tjiptosasmito bahwa sekolah sebagai pemegang mandat masyarakat. Dalam hal ini, sekolah harus mampu merubah kualitas pribadi anak didik agar kelak dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Pendidik utama di sekolah adalah guru-guru.Â
Guru-guru inilah yang menjadi tokoh identifikasi (identifying figures) utama bagi murid-murid setelah orang tua. Karena itu sering kita dengar, bahwa jika kamu ingin mengenal seorang murid, tanyakanlah siapa gurunya. Guru  sejak dahulu hingga sekarang mempunyai kedudukan sosial ( social status) yang tinggi dalam masyarakat.Â
Walaupun pada umumnya tidak pernah ada guru yang kaya karena jabatannya. Gilbert memberikan julukan yang tepat bagi guru-guru sebagai "bangsawan hati dan bangsawan pikir yang miskin". Dan banyak lagi julukan-julukan lainnya yang puitis diberikan pada guru.Â