A. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDUAL
Eksistensi individu, setiap orang mempunyai aspek kemauan, emosi, cita-cita, kecenderungan,
semangat dan daya tahan yang berbeda-beda (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 17). Aspek-aspek tersebut
melekat kuat pada diri setiap manusia dan cenderung bersifat intrinsik. Artinya keikutsertaan faktor
eksternal dalam proses pelatihan akan menjadi faktor yang memperkuat aspek-aspek yang sudah ada.
Ada pula aspek personal yang cenderung bersifat eksternal. Artinya melibatkan banyak faktor eksternal
dalam proses pelatihan sehingga menjadi bagian yang melekat pada diri individu. Aspek-aspek tersebut
meliputi:
1) kematangan intelektual
2) kemampuan berbahasa
3) latar belakang pengalaman
4) cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu
5) bakat dan minat, dan
6) kepribadian.
Potensi yang dimiliki setiap individu terbagi menjadi dua kategori, yaitu potensi mental
(pikiran, kreatifitas, perasaan, karsa, dan kesadaran) dan potensi fisik (panca indera dan keterampilan).
Perkembangan manusia berbeda-beda pada setiap individu. Muhadjir (2000:33) menyatakan bahwa
secara tradisional, anak-anak menerima orang dewasa. Beragamnya profil pengetahuan seseorang dapat
disebabkan oleh masa kanak-kanaknya di lingkungannya, atau karena pendidikannya, sekolahnya, dan
mungkin juga karena program pengayaan pengetahuan tacit.
B. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Keterampilan sosial menentukan cara orang mengelola hubungan, sedangkan kesadaran sosial
adalah kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka. Sedangkan
manajemen sosial adalah kemampuan membimbing dan mempengaruhi. Mengembangkan orang lain,
mengelola konflik, terlibat dan bekerja sebagai tim. Tirtahadja dan Sulo (2005: 19) menegaskan bahwa
keberadaan aspek sosial pada manusia jelas terekspresikan dalam perlunya integrasi sosial. Betapa
kuatnya desakan bahwa hukuman penjara merupakan hukuman terberat yang dirasakan manusia, karena
isolasi di penjara membuat keinginan untuk bersosialisasi menjadi terputus sama sekali. Soekanto
(2002: 60) menjelaskan bahwa proses sosial adalah interaksi antara berbagai aspek kehidupan bersama.
Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial yang maknanya mengacu pada hubungan sosial yang
dinamis. Vembriarto (1990.3) berpendapat bahwa perilaku manusia hanya dapat dipahami dari tujuan,
cita-cita atau nilai-nilai yang dikejar. Perilaku sosial membentuk kepribadian seseorang, terutama
melalui peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk
mempertimbangkan aspek manusia sebagai makhluk sosial:
1. Perspektif struktural fungsional memperlihatkan bahwa manusia-manusia sebagai masyarakat
sebagai sebuah sistem yang didalamnya terdapat subsistem.
2. Perspektif konflik, menekankan adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung sistem
sosial. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang masing-masing memiliki berbagai
kebutuhan yang terbatas.
3. Perspektif interaksionisme simbolik berupaya memahami bagaimana individu memengaruhi
dan dipengaruhi oleh masyarakat. perspektif ini berasumsi bahwa masyarakat itu terdiri atas
individu-individu yang mengalami proses sosialisasi dan eksistensi, serta strukturnya tampak
dan berbentuk melalui interaksi sosial yang berlangsung diantara individu dalam masyarakat.
C. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL ATAU BERMORAL
Keterampilan sosial menentukan cara orang mengelola hubungan, sedangkan kesadaran sosial
adalah kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka. Aspek manusia
sebagai makhluk moral atau etika erat kaitannya dengan pranata sosial. Koentjaraningrat (1964: 113)
berpendapat bahwa lembaga sosial adalah suatu sistem perilaku dan hubungan yang memusatkan
perhatian pada kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat kompleks dalam kehidupan
masyarakat. Lembaga sosial tersebut merupakan lembaga dalam masyarakat yang memuat seperangkat
norma pada semua tingkatan yang melingkupi kebutuhan dasar hidup manusia (Soekanto, 2002: 198).
Agar hubungan sosial dalam suatu masyarakat terjadi sesuai dengan harapan maka dibentuklah normanorma dalam masyarakat. . Norma-norma ini menetapkan batasan perilaku individu, memastikan
identifikasi individu dengan kelompoknya, dan menjaga solidaritas sosial.
D. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RELIGIUS
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Agama merupakan implementasi
pesan-pesan keagamaan dalam hubungan dengan manusia lain dan manusia dengan Tuhan. Naim dan
Sauqi (2011: 18) menyatakan bahwa meskipun tidak ada seorang pun yang mengajarkan kekerasan,
konflik, dan mengendalikan orang yang berbeda dengan kekerasan, kita tidak bisa menutup mata
terhadap fakta bahwa agama seringkali "menimbulkan "simpati" dalam menghadapi kekerasan. .
Namun menurut Charles Kimball (2003: 35), agama tidak bisa serta merta menyalahkan agama atas
masalah ini. Agama harus dipahami dalam konteks hubungannya dengan kehidupan yang berbasis
realitas. Manusia adalah makhluk yang berjuang keras dalam bidang pendidikan, manusia adalah
makhluk yang selalu terlibat dalam proses pendidikan, baik itu dilakukan dengan orang lain maupun
dengan dirinya sendiri (Sukardjo dan Komarudin, 2010: 1). Karena manusia belajar, perubahan sosial
terjadi dengan sangat cepat dalam peradabannya. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bertahan
lama atau kemampuan berperilaku dengan cara tertentu, sebagai hasil latihan atau bentuk pengalaman
lain (Schunk, 2012:5). Misi mempersiapkan generasi penerus peradaban melalui pendidikan
menempatkannya pada urutan pertama. penting bagi kepentingan masyarakat dalam
mempertahankannya.
Melalui pendidikan, transformasi peradaban manusia terjadi lebih cepat dan terorganisir erat
melalui pengembangan disiplin ilmu. Pendidikan mewarisi peradaban material dan non material yang
menciptakan kekayaan manusia dan karenanya terus ditingkatkan. Inovasi-inovasi tersebut meneruskan
upaya menjadikan kehidupan manusia
lebih sejahtera dan sejahtera.
Muhadjir (2000:25) memaparkan tahapan perkembangan manusia melalui proses pendidikan. Rohman
(2010:17) menyatakan bahwa kemajuan pembangunan manusia dan kesejahteraan yang dihasilkan
menandai adanya peradaban baru dengan segala alat yang mendukungnya. Muhadjir (2006: 26)
menjelaskan bahwa tahapan-tahapan (sosial-ekonomi, antropologi-religius, psikologis dan biologisfisiologis) perkembangan manusia (peserta didik) berkaitan dengan fungsi pendidikan, yaitu
meningkatkan kemampuan kreatif, dapat menanamkan etika. dan Mengembangkan kemampuan
produktif Suatu model telah dikembangkan yang menurutnya fungsi pendidikan berputar pada porosnya
sendiri dan mendukung tahap biologis, sedangkan model lain mendukung tahap psikologis.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN
Pendidikan adalah investasi suatu bangsa, pendidikan adalah hidup dan kehidupan manusia
dimasa kini dan masa mendatang. Pendidikan memiliki pengaruh terhadap semua aspek kehidupan,
sesuai dengan aliran pendidikan kaum Empirisme, dimana lingkungan pendidikan akan berpengaruh
terhadap perkembangan manusia. Multahim (2005) menyampaikan bahwa pada masyarakat yang
sederhana (primitif), keluarga merupakan lingkungan atau lembaga paling dominan dalam
pembentukan kepribadian anak.
Ada dua asas yang terkait dengan perlunya pendidikan bagi manusia dalam mengarungi hidup dan
kehidupan, yaitu:
1. Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
Ada tiga prinsip tentang perlunya pendidikan. Pertama, manusia adalah makhluk yang tidak
lengkap, artinya harus merencanakan, bertindak, dan menjadi. Kedua, tugas dan tujuan manusia
menjadi manusia, yaitu aspek potensi menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang wajib dilaksanakan
oleh setiap orang. Ketiga, pembangunan manusia bersifat terbuka, yaitu manusia dapat berkembang
sesuai fitrah dan martabatnya, jika tidak maka dapat pula berkembang ke arah yang sesu
2. Asas-asas kemungkinan Pendidikan
Ada lima asas antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik atau
dapat dididik. Pertama asas potensial, yaitu manusia akan dapat dididik karena memiliki potensi untuk
dapat menjadi manusia. Kedua, asas dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar yang
lebih dari apa yang telah dicapainya. Ketiga, asas individualitas sebagai makhluk individu tidak akan
pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Keempat, asas sosialitas, yaitu
manusia butuh bergaul dengan orang lain. Kelima, asas moralitas, yaitu manusia memiliki kemampuan
untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik
atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya. (perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, 2013)
Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari filsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara
perorangan maupun kelompok, membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai norma
norma dalam suatu konteks kebudyaan, baik dalam mitos, kepercayaan religi, filsafat, ideologi, dan
sebagainya. Dalam menentukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu di perlihatkan, seperti
yang di kemukakan oleh Hummel (1977: 39) antara lain:
a) Authonomy. Gives individuals and gourps the maximum awareness, knowledge and ability so that
they can manage their personal and collective life to the greates possible exlent.
b) Euity. Enable all citizens to participate in cultural and economic life by coffering them an equal basic
education.
c) Survival. Permit every nation to transmit and enrich is cultural heritage over the generations, but also
guiide education towards mutual understanding and towards wahat has become a worldwide realizations
of common destiny.
Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga nilai tersebut di atas. Pertama, autonomy, yaitu
memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kempuan secara maksimum kepada indidvidu maupun
kehidupan yang lebih baik. Kedua equity (keadilan ), berarti nahwa warga masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan
dasar yang sama. Ketiga, survival, yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. berdasarkan ketiga nilai tersebut di atas,
pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan yang lebih baik, manusia yang berkebudayaan.
Manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai di atas
menggambarkan pendidikan yang lebih baik. Nilai-nilai di atas menggambarkan pendidikan dalam
suatu konteks yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia, dimana di gambarkan
bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik.
Dalam pengertian yang khusus, seperti telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan di artikan
suatu bimbingan yang telah di berikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya.
Pengertian kedewasaan itu sendiri selalu terdapat dalam bentuk kekhususan, mengingat waktu, tempat,
dan pandangan hidup manusia. Pandangan kedewasaan manusia modern, baik dilihat dari isi
(kualitasnya) maupun dari segi materiny.
Secara umum yang disebut manusia dewasa adalah:
a). Manusa mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungkan diri
kepada orang lain.
b). Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawab kan segala
perbuatannya, dan dapat dimintai pertanggung jawaban dari perbuatannya
c).Manusia yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan, dan sekaligus
berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut dalam hidup dan kehidupannya, yang
dimanisfestasikan dalam kehidupan bersama.
Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa merupakan dasar dan sekaligus tujuan yang ingin
dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia
sempurna, manusia yang berkepribadian lebih dinamis dalam bermasyarakat dan bernegara, yang
dijiwai nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan nasional
dan mengembangkan manusia seutuhnya, khususnya manusia yang beriman dan bertaqwa sepenuh hati
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta manusia yang berakhlak mulia dan berakhlak mulia, berilmu
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian stabil dan mandiri. dan rasa
tanggung jawab sosial dan nasional. Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponenkomponen esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Keberhasilan
pendidikan bergantung pada banyak faktor berbeda, termasuk perkembangan sistem pendidikan.
Perkembangan ini merupakan proses peningkatan mutu layanan pendidikan. Memperbaiki sarana dan
prasarana pendidikan, serta memperkaya metode dan sarana pembelajaran. Dalam mengembangkan
sistem pembelajaran perlu dilakukan upaya untuk menjamin profesionalisme tim pendidik yang
berkualitas, karena pendidikan merupakan modal utama pendidikan. Pengembangan sistem pendidikan
ditujukan pada berbagai aspek, yaitu aspek kurikuler, metode pembelajaran, strategi dan media
pembelajaran, serta peningkatan profesionalisme lembaga guru.Pengembangan dimensi Hakikat
Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia hingga dengan sendiri nya pengembangan dimensi manusia
menjadi tugas pendidikan, meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaannya
mungkin saja bisa terjadi kesalahan kesalahan yang lazim nya disebut salah didik. Hal itu demikian bisa
terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan kelemahan
sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh,
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan
untuk memberikan pelayan atas perkembangannya. Namun demikian kualitas dari hasil akhir
pendidikan sebenarnya harus dipulangkan kembali kepada peserta didik itu sendiri sebagai subjek
sasaran pendidikan. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantar subjek didik
menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat.
a. Wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Dari arah pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu .
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses
pengembangan ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi
kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi
oleh pengembangan domain kognitif
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. sosok manusia Indonesia
seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H