Mohon tunggu...
Desta Hulu
Desta Hulu Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Tenis meja, Calon idaman Mertua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Manusia

18 Desember 2023   20:34 Diperbarui: 18 Desember 2023   21:00 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDUAL

Eksistensi individu, setiap orang mempunyai aspek kemauan, emosi, cita-cita, kecenderungan,

semangat dan daya tahan yang berbeda-beda (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 17). Aspek-aspek tersebut

melekat kuat pada diri setiap manusia dan cenderung bersifat intrinsik. Artinya keikutsertaan faktor

eksternal dalam proses pelatihan akan menjadi faktor yang memperkuat aspek-aspek yang sudah ada.

Ada pula aspek personal yang cenderung bersifat eksternal. Artinya melibatkan banyak faktor eksternal

dalam proses pelatihan sehingga menjadi bagian yang melekat pada diri individu. Aspek-aspek tersebut

meliputi:

1) kematangan intelektual

2) kemampuan berbahasa

3) latar belakang pengalaman

4) cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu

5) bakat dan minat, dan

6) kepribadian.

Potensi yang dimiliki setiap individu terbagi menjadi dua kategori, yaitu potensi mental

(pikiran, kreatifitas, perasaan, karsa, dan kesadaran) dan potensi fisik (panca indera dan keterampilan).

Perkembangan manusia berbeda-beda pada setiap individu. Muhadjir (2000:33) menyatakan bahwa

secara tradisional, anak-anak menerima orang dewasa. Beragamnya profil pengetahuan seseorang dapat

disebabkan oleh masa kanak-kanaknya di lingkungannya, atau karena pendidikannya, sekolahnya, dan

mungkin juga karena program pengayaan pengetahuan tacit.

B. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Keterampilan sosial menentukan cara orang mengelola hubungan, sedangkan kesadaran sosial

adalah kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka. Sedangkan

manajemen sosial adalah kemampuan membimbing dan mempengaruhi. Mengembangkan orang lain,

mengelola konflik, terlibat dan bekerja sebagai tim. Tirtahadja dan Sulo (2005: 19) menegaskan bahwa

keberadaan aspek sosial pada manusia jelas terekspresikan dalam perlunya integrasi sosial. Betapa

kuatnya desakan bahwa hukuman penjara merupakan hukuman terberat yang dirasakan manusia, karena

isolasi di penjara membuat keinginan untuk bersosialisasi menjadi terputus sama sekali. Soekanto

(2002: 60) menjelaskan bahwa proses sosial adalah interaksi antara berbagai aspek kehidupan bersama.

Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial yang maknanya mengacu pada hubungan sosial yang

dinamis. Vembriarto (1990.3) berpendapat bahwa perilaku manusia hanya dapat dipahami dari tujuan,

cita-cita atau nilai-nilai yang dikejar. Perilaku sosial membentuk kepribadian seseorang, terutama

melalui peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk

mempertimbangkan aspek manusia sebagai makhluk sosial:

1. Perspektif struktural fungsional memperlihatkan bahwa manusia-manusia sebagai masyarakat

sebagai sebuah sistem yang didalamnya terdapat subsistem.

2. Perspektif konflik, menekankan adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung sistem

sosial. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang masing-masing memiliki berbagai

kebutuhan yang terbatas.

3. Perspektif interaksionisme simbolik berupaya memahami bagaimana individu memengaruhi

dan dipengaruhi oleh masyarakat. perspektif ini berasumsi bahwa masyarakat itu terdiri atas

individu-individu yang mengalami proses sosialisasi dan eksistensi, serta strukturnya tampak

dan berbentuk melalui interaksi sosial yang berlangsung diantara individu dalam masyarakat.

C. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL ATAU BERMORAL

Keterampilan sosial menentukan cara orang mengelola hubungan, sedangkan kesadaran sosial

adalah kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka. Aspek manusia

sebagai makhluk moral atau etika erat kaitannya dengan pranata sosial. Koentjaraningrat (1964: 113)

berpendapat bahwa lembaga sosial adalah suatu sistem perilaku dan hubungan yang memusatkan

perhatian pada kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat kompleks dalam kehidupan

masyarakat. Lembaga sosial tersebut merupakan lembaga dalam masyarakat yang memuat seperangkat

norma pada semua tingkatan yang melingkupi kebutuhan dasar hidup manusia (Soekanto, 2002: 198).

Agar hubungan sosial dalam suatu masyarakat terjadi sesuai dengan harapan maka dibentuklah normanorma dalam masyarakat. . Norma-norma ini menetapkan batasan perilaku individu, memastikan

identifikasi individu dengan kelompoknya, dan menjaga solidaritas sosial.

D. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RELIGIUS

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Agama merupakan implementasi

pesan-pesan keagamaan dalam hubungan dengan manusia lain dan manusia dengan Tuhan. Naim dan

Sauqi (2011: 18) menyatakan bahwa meskipun tidak ada seorang pun yang mengajarkan kekerasan,

konflik, dan mengendalikan orang yang berbeda dengan kekerasan, kita tidak bisa menutup mata

terhadap fakta bahwa agama seringkali "menimbulkan "simpati" dalam menghadapi kekerasan. .

Namun menurut Charles Kimball (2003: 35), agama tidak bisa serta merta menyalahkan agama atas

masalah ini. Agama harus dipahami dalam konteks hubungannya dengan kehidupan yang berbasis

realitas. Manusia adalah makhluk yang berjuang keras dalam bidang pendidikan, manusia adalah

makhluk yang selalu terlibat dalam proses pendidikan, baik itu dilakukan dengan orang lain maupun

dengan dirinya sendiri (Sukardjo dan Komarudin, 2010: 1). Karena manusia belajar, perubahan sosial

terjadi dengan sangat cepat dalam peradabannya. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bertahan

lama atau kemampuan berperilaku dengan cara tertentu, sebagai hasil latihan atau bentuk pengalaman

lain (Schunk, 2012:5). Misi mempersiapkan generasi penerus peradaban melalui pendidikan

menempatkannya pada urutan pertama. penting bagi kepentingan masyarakat dalam

mempertahankannya.

Melalui pendidikan, transformasi peradaban manusia terjadi lebih cepat dan terorganisir erat

melalui pengembangan disiplin ilmu. Pendidikan mewarisi peradaban material dan non material yang

menciptakan kekayaan manusia dan karenanya terus ditingkatkan. Inovasi-inovasi tersebut meneruskan

upaya menjadikan kehidupan manusia

lebih sejahtera dan sejahtera.

Muhadjir (2000:25) memaparkan tahapan perkembangan manusia melalui proses pendidikan. Rohman

(2010:17) menyatakan bahwa kemajuan pembangunan manusia dan kesejahteraan yang dihasilkan

menandai adanya peradaban baru dengan segala alat yang mendukungnya. Muhadjir (2006: 26)

menjelaskan bahwa tahapan-tahapan (sosial-ekonomi, antropologi-religius, psikologis dan biologisfisiologis) perkembangan manusia (peserta didik) berkaitan dengan fungsi pendidikan, yaitu

meningkatkan kemampuan kreatif, dapat menanamkan etika. dan Mengembangkan kemampuan

produktif Suatu model telah dikembangkan yang menurutnya fungsi pendidikan berputar pada porosnya

sendiri dan mendukung tahap biologis, sedangkan model lain mendukung tahap psikologis.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN

Pendidikan adalah investasi suatu bangsa, pendidikan adalah hidup dan kehidupan manusia

dimasa kini dan masa mendatang. Pendidikan memiliki pengaruh terhadap semua aspek kehidupan,

sesuai dengan aliran pendidikan kaum Empirisme, dimana lingkungan pendidikan akan berpengaruh

terhadap perkembangan manusia. Multahim (2005) menyampaikan bahwa pada masyarakat yang

sederhana (primitif), keluarga merupakan lingkungan atau lembaga paling dominan dalam

pembentukan kepribadian anak.

Ada dua asas yang terkait dengan perlunya pendidikan bagi manusia dalam mengarungi hidup dan

kehidupan, yaitu:

1. Asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia

Ada tiga prinsip tentang perlunya pendidikan. Pertama, manusia adalah makhluk yang tidak

lengkap, artinya harus merencanakan, bertindak, dan menjadi. Kedua, tugas dan tujuan manusia

menjadi manusia, yaitu aspek potensi menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang wajib dilaksanakan

oleh setiap orang. Ketiga, pembangunan manusia bersifat terbuka, yaitu manusia dapat berkembang

sesuai fitrah dan martabatnya, jika tidak maka dapat pula berkembang ke arah yang sesu

2. Asas-asas kemungkinan Pendidikan

Ada lima asas antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik atau

dapat dididik. Pertama asas potensial, yaitu manusia akan dapat dididik karena memiliki potensi untuk

dapat menjadi manusia. Kedua, asas dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar yang

lebih dari apa yang telah dicapainya. Ketiga, asas individualitas sebagai makhluk individu tidak akan

pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Keempat, asas sosialitas, yaitu

manusia butuh bergaul dengan orang lain. Kelima, asas moralitas, yaitu manusia memiliki kemampuan

untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik

atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya. (perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, 2013)

Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari filsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara

perorangan maupun kelompok, membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai norma

norma dalam suatu konteks kebudyaan, baik dalam mitos, kepercayaan religi, filsafat, ideologi, dan

sebagainya. Dalam menentukan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu di perlihatkan, seperti

yang di kemukakan oleh Hummel (1977: 39) antara lain:

a) Authonomy. Gives individuals and gourps the maximum awareness, knowledge and ability so that

they can manage their personal and collective life to the greates possible exlent.

b) Euity. Enable all citizens to participate in cultural and economic life by coffering them an equal basic

education.

c) Survival. Permit every nation to transmit and enrich is cultural heritage over the generations, but also

guiide education towards mutual understanding and towards wahat has become a worldwide realizations

of common destiny.

Tujuan pendidikan harus mengandung ketiga nilai tersebut di atas. Pertama, autonomy, yaitu

memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kempuan secara maksimum kepada indidvidu maupun

kehidupan yang lebih baik. Kedua equity (keadilan ), berarti nahwa warga masyarakat untuk dapat

berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan

dasar yang sama. Ketiga, survival, yang berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan

kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. berdasarkan ketiga nilai tersebut di atas,

pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan yang lebih baik, manusia yang berkebudayaan.

Manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai di atas

menggambarkan pendidikan yang lebih baik. Nilai-nilai di atas menggambarkan pendidikan dalam

suatu konteks yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia, dimana di gambarkan

bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik.

Dalam pengertian yang khusus, seperti telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan di artikan

suatu bimbingan yang telah di berikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya.

Pengertian kedewasaan itu sendiri selalu terdapat dalam bentuk kekhususan, mengingat waktu, tempat,

dan pandangan hidup manusia. Pandangan kedewasaan manusia modern, baik dilihat dari isi

(kualitasnya) maupun dari segi materiny.

Secara umum yang disebut manusia dewasa adalah:

a). Manusa mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungkan diri

kepada orang lain.

b). Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawab kan segala

perbuatannya, dan dapat dimintai pertanggung jawaban dari perbuatannya

c).Manusia yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan, dan sekaligus

berkesanggupan untuk melaksanakan norma dan moral tersebut dalam hidup dan kehidupannya, yang

dimanisfestasikan dalam kehidupan bersama.

Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa merupakan dasar dan sekaligus tujuan yang ingin

dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia

sempurna, manusia yang berkepribadian lebih dinamis dalam bermasyarakat dan bernegara, yang

dijiwai nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan nasional

dan mengembangkan manusia seutuhnya, khususnya manusia yang beriman dan bertaqwa sepenuh hati

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta manusia yang berakhlak mulia dan berakhlak mulia, berilmu

pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian stabil dan mandiri. dan rasa

tanggung jawab sosial dan nasional. Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponenkomponen esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Keberhasilan

pendidikan bergantung pada banyak faktor berbeda, termasuk perkembangan sistem pendidikan.

Perkembangan ini merupakan proses peningkatan mutu layanan pendidikan. Memperbaiki sarana dan

prasarana pendidikan, serta memperkaya metode dan sarana pembelajaran. Dalam mengembangkan

sistem pembelajaran perlu dilakukan upaya untuk menjamin profesionalisme tim pendidik yang

berkualitas, karena pendidikan merupakan modal utama pendidikan. Pengembangan sistem pendidikan

ditujukan pada berbagai aspek, yaitu aspek kurikuler, metode pembelajaran, strategi dan media

pembelajaran, serta peningkatan profesionalisme lembaga guru.Pengembangan dimensi Hakikat

Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia hingga dengan sendiri nya pengembangan dimensi manusia

menjadi tugas pendidikan, meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaannya

mungkin saja bisa terjadi kesalahan kesalahan yang lazim nya disebut salah didik. Hal itu demikian bisa

terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan kelemahan

sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu

1. Pengembangan yang utuh,

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu

kualitas dimensi hakikat manusia sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan

untuk memberikan pelayan atas perkembangannya. Namun demikian kualitas dari hasil akhir

pendidikan sebenarnya harus dipulangkan kembali kepada peserta didik itu sendiri sebagai subjek

sasaran pendidikan. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantar subjek didik

menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat.

a. Wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan,

kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada pengembangan

dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu .

2. Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses

pengembangan ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi

kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi

oleh pengembangan domain kognitif

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. sosok manusia Indonesia

seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun