"Cantik, kurasa." Naba menjawab hati-hati sekaligus merasa aneh. Ia tak ingin membuat tuan rumah bersedih, tetapi juga merasa tak nyaman membicarakan orang seolah-olah sudah mati. "Ramah."
Toro mengangguk. "Dia selalu seperti itu. Ah, kalau kau bertemu dengannya dulu, kau pasti menyukainya. Kegilaannya sama dengan kita." Toro diam sejenak. "Kau beruntung bisa melihatnya." Kata-katanya mengambang seperti gumam. Pasti kenyakitkan tak bisa melihat rupa lain adiknya.
Siang itu sebelum melanjutkan perjalanan, Naba mengunjungi kamar si sakit. Ia jelas kelihatan berbeda. Jauh lebih kurus. Sepintas ia tampak sudah mati.
Bau lavender kembali terhirup oleh Naba. Sepintas ia mengedarkan pandangan. Di meja ada vas berisi lavender.
***
23.12.18 Setengah mimpi. Proyek #11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H