Joan langsung merenggangkan pelukannya dan lalu berkata, "Maaf."
Aku hanya tersenyum.
"Bagaimana? Kau merasa baikan sekarang?"
Mataku mengerjap. Baikan? "Maksudmu... baikan?" tanyaku balik.
"Mengingat Adam yang sebentar lagi akan menikah dengan Fay, kau pasti merasakan hal yang sangat sakit menusuk hatimu, bukan?"
Dan, entah mengapa, perasaan ini semakin terasa aneh saja! Mengapa aku tidak merasakan apa pun saat mendengar nama Adam dan Fay? Tidak seperti biasanya-yang biasanya kurasakan saat mendengar nama Adam dan Fay... rasanya seperti hati yang tersayat oleh belati yang sangat tajam-mengoyak hingga ke lubuk hati yang membuatku tak mampu lagi untuk berkata-kata.
Okay, cukup. Penggambaran itu sangat berlebihan! Rutukku dalam hati.
Joan memandangiku dengan tatapan heran yang khasnya itu. Kedua alisnya berkerut, tanda ia ingin tahu mengapa ekspresiku tiba-tiba berubah tidak seperti biasanya.
"A... aku tidak tahu! Ini benar-benar aneh, Jo!"
Joan meraih wajahku dengan kedua telapak tangannya. Lagi-lagi tatapannya sulit sekali aku mengerti, begitu dalam dan... lembut, dan lalu ia tersenyum, yang entah mengapa senyuman yang ia berikan itu sangat membuat hatiku berdesir.
"Maukah kau menemaniku makan siang?" nada suaranya terdengar sangat lembut, membuatku merinding demi mendengarnya.