Mohon tunggu...
Desrika Manalu
Desrika Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halcyion.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku?

5 Januari 2025   14:50 Diperbarui: 5 Januari 2025   14:30 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu aku terbangun

Di tempat tidurku aku duduk

Mengumpulkan nyawa yang mungkin semalaman berjalan-jalan

Kembali merenungi diri, untuk apa bangun lagi jika tidak ada hasil yang didapat hari ini

Kata orang ini sudah nasib, namun aku bilang nasib bisa dirubah

Mereka menertawakanku, seakan mereka tidak percaya kata-kataku barusan

Mereka membuat jempol yang mengarah kebawah dan ditujukan padaku

Aku sedikit tersenyum, namun siapa sangka mata ini tidak bisa berbohong

Aku menangis, dengan keras hatiku berkata jangan menangis, malu.

Hidungku sumbat seperti sungai yang banyak sampah yang menyebabkan banjir hingus

Kembali kutarik selimut lusuhku, tak berani menghadapi dunia

Mendengar perkataan mereka aku kembali ragu dengan langkahku

Aku menutup mataku dan mulai menangis

Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, ada suara yang muncul

Suara itu mendekat dan berbisik perlahan kepadaku

Aku merasa ini tidak nyata dan hanya sekadar khayalan saja

Suara itu mendesakku untuk tidak mendengarkan perkataan mereka

Suara itu menyuruhku untuk mengikuti kata hatiku saja dan menyarankanku untuk berani melangkah

Namun jujur kakiku belum cukup kuat untuk melangkahkan kakiku.

Tali itu cukup kuat menambat kakiku dipelabuhan keraguan

Yang membuatku tertatih-tatih jika harus menariknya paksa

Aku bertanya kepada Tuhan

Apa yang harus aku perbuat selanjutnya

Apakah aku hanya akan tenggelam di dalam bayangan hitam ini tanpa adanya sedikitpun pergerakan

Atau bolehkah aku bergerak sedikit untuk mencari sesuatu yang hendak menjadi bagianku

Aku bingung 

Aku diambang pintu mencari tempat bersembunyi dari angin kencang yang seakan-akan merobohkan tempatku berdiri

Aku, gadis kecil yang malang masih dalam lumpur pertanyaan

Tentang bagaimana nasibku kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun