Aku mendiamkannya.
“Atau karena aku tak bisa memberimu anak?”
Kata-kata itu hampir membuatku muntah. Perutku penuh dengan penyesalan-penyesalannya.
“Sampai kapan kau berhenti menghukum dirimu sendiri!”
“Sampai kau menceraikanku.”
“Kau pikir kakimu yang lumpuh itu bisa digantikan oleh laki-laki yang pandai rangkai cerita? Kau pikir tangismu itu lebih merdu dibanding permainan pianonya? Kau pikir buku-buku itu bisa menghamiliku? Tidak, mas! Tidak! Kau telah melakukan kesalahan yang besar!”
“Apa yang kau mau dariku? Kau ingin aku mati?”
“Dengan memaksakan diri untuk menjadi orang lain, kau telah membunuhku secara perlahan. Dan kau tak pernah mengerti itu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H