Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Hati Perempuan

30 Juli 2016   21:22 Diperbarui: 31 Juli 2016   10:56 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: warinternational.org

“Kau yang gila!”

Dia menyembulkan dua jari dari balik selimutnya –jari telunjuk juga jari tengah– pertanda tak ingin meneruskan pertengkarannya denganku. Seperti malam ini, ia lebih memilih kalah dari balik selimut tanpa mengucapkan selamat tidur padaku.

Pagi-pagi benar, saat remahan matahari belum hujani pori-pori tubuhku, aku mendengar suara piano. Di rumah ini, hanya laki-laki itu yang mengenal piano hitam peninggalan ayah.

“Kau sengaja membangunkanku?”

“Bukankah seharusnya kau sudah bangun?”

“Mengapa kau mainkan piano ayahku?”

“Sebab aku tahu, kau menyukainya.”

Laki-laki itu tak akan pernah mengerti. Dia sibuk dengan keinginan-keinginannya yang tak berguna. Sebanyak apapun buku yang ia baca, tetaplah bodoh. Setebal apapun cerita yang ia rangkai, tak buatku tertarik. Selembut apapun jarinya kawini tuts-tuts piano, aku masih merasa tuli. Ia memuakkan.

Ia kembali mengenakan syal birunya. Pagi ini masih sangat dingin.

Diputarnya kedua roda di samping kakinya. Mendekatiku.

“Kau membenciku, apa karena aku cacat?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun