Gadis kecil itu memberiku sebuah tulang ikan, aku mengenalinya. Luka pada kepalanya kuyakin adalah milik ikan bersisik keemasan yang kukencingi semalam. Mungkin air kencingku telah meracuninya dan membuatnya mati pagi ini.
Setelah selesai menikmati tulang ikan yang malang, aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan di halaman samping rumah. Ada banyak pohon melati di sana dan aku mendekatinya untuk menikmati wanginya. Aromanya sungguh menyengat, namun bukan aroma melati. Bangkai!
Aku menerobos pepohononan melati. Sungguh pemandangan yang mengerikan tersaji di depan mataku. Tumpukan mayat kucing! Sebagian telah membusuk dan sisanya terlihat lebih segar, seperti baru mati kemarin. Ikan itu benar, bahwa manusia yang kujumpai tidaklah baik. Sial!
Aku harus segera pergi dari sini atau hidupku akan berakhir seperti mereka. Aku berlari, namun sia-sia. Gadis kecil itu menangkapku, lalu mulai memelintir salah satu kakiku. Sakit! Dan dia melakukannya pada kakiku yang lain.
Berontaklah aku dengan kedua cakar yang tepat mengenai wajahnya. Tangannya menjadi sibuk menyentuhi luka yang kugoreskan sehingga aku berhasil meloloskan diri dari siksanya. Aku terus berlari menjauhi rumahnya. Sampai di ujung jalan, aku berhenti untuk kencing dan tiba-tiba sebuah ban truk menyambar tubuhku.
-oOo-
Baca Fabel Lainnya di Sini|| Bergabunglah di Grup FB Fiksiana Community
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI