Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Luth! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 80)
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. (QS. Hud: 81)
"Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras". (QS. Al-Hijr: 73)
"Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan mereka di waktu sahur." (QS. Al-Qamar: 34)
Menurut Ibnu Katsir, Luth hanya diikuti dua orang putrinya. Tidak ada satupun lelaki dari kaumnya yang bersedia mengikuti beliau.
Tersisa sejumlah pertanyaan: apakah Luth tergolong lanjut usia sebagaimana istrinya disebut sebagai ajuz? Yang jelas dua putri Luth sudah tergolong dewasa, sehingga dapat dipastikan Luth sudah berada di fase usia paruh baya atau menjelang lansia.
Lantas, ke manakah Luth berpindah usai negerinya dihancurkan? Menurut riwayat ahli kitab, Luth pindah ke negeri Zoar. Dalam Qasas Al Ambiya disebutkan nama negeri itu ialah negeri Shu'ar atau Ghaur Zhagar.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H